Bank Indonesia resmi merilis tujuh pecahan Uang Rupiah Kertas Tahun Emisi 2022 (Uang TE 2022) pada hari ini, Kamis (18/8/2022). Uang baru ini terdiri atas pecahan uang Rupiah kertas Rp100.000, Rp50.000, Rp20.000, Rp10.000, Rp5.000, Rp2.000, dan Rp1.000.
Berbeda dengan uang kertas yang sudah dikeluarkan sebelum-sebelumnya, terdapat tiga aspek inovasi penguatan Uang TE 2022 yaitu desain warna yang lebih tajam, unsur pengaman yang lebih andal, dan ketahanan bahan uang yang lebih baik.
Meski demikian design uang TE 2022 sendiri tetap mempertahankan gambar utama pahlawan nasional pada bagian depan, serta tema kebudayaan Indonesia (gambar tarian, pemandangan alam, dan flora) pada bagian belakang sebagaimana Uang TE 2016.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masih menggunakan design gambar tarian tradisional pada bagian belakang, lantas jenis tarian tradisional apa saja yang tertera pada uang kertas baru tahun 2022 ini?
1. Tari Topeng Betawi (Pecahan Rp 100.000)
Melansir dari situs Kebudayaan Kemdikbud Tari topeng Betawi adalah salah satu tarian adat masyarakat Betawi di Jakarta. Tarian topeng Betawi merupakan gabungan antara seni tari, musik, dan nyanyian.
Sebagaimana pertunjukan teater atau opera, tarian diiringi dengan musik dan nyanyian. Tari topeng Betawi lebih bersifat teatrikal dan komunikatif lewat gerakan.
Para penari topeng ini biasanya diundang sebagai pengisi hiburan dalam acara pesta pernikahan, khitanan, dan sebagainya. Menurut kepercayaan masyarakat Betawi tarian ini bisa menjauhkan dari mala-petaka.
Para pemainnya sebagian mengenakan pakaian khusus sesuai dengan perannya seperti untuk penari perempuan aksesoris yang digunakan kain panjang atau kain batik, kebaya, selendang, mahkota warna-warni yang terletak di kepala yang biasanya disebut kembang topeng.
2. Tari Legong (Pecahan Rp 50.000)
Tari Legong merupakan sebuah tarian klasik Bali dengan perbendaharaan gerak yang sangat komplek. Istilah Legong sendiri dikenal masyarakat Bali sebagai tarian persembahan yang bisa dibaca dalam lontar Catur Muni-Muni.
Pada dasarnya, tari Legong terdiri dari tiga tahapan/bagian yang meliputi: Pangawit (pembukaan) biasanya terdiri dari melodi pembuka dimainkan penabuh yang kemudian dilanjutkan dengan papeson, di mana penari mulai keluar ke tengah kalangan. Biasanya pada bagian ini belum ada kisah atau lakon yang ditampilkan.
Setelahnya bagian pangipuk (adegan cumbu rayu) dan atau pesiat (pertempuran). Sesuai kebutuhan lakon, ada dua jenis Legong yang mengawali Pesiat dengan angkat-angkatan (persiapan) perjalanan menuju medan perang, atau menyela pesiat dengan tetangisan, adegan isak tangis. Adegan terakhir adalah pakaad, ini bagian tersingkat dalam struktur tari Legong. Pada bagian ini para penari melakukan tarian penutup dengan suasana yang netral.
3. Tari Gong (Pecahan Rp 20.000)
Tari Gong adalah tari yang di tarikan di atas Gong oleh seorang penari perempuan yang menunjukkan kepandaiannya menari dengan lemah lembut gerak tubuh dan tangannya membuat penonton terbawa dalam suasana tenang.
Tari Gong biasanya ditarikan di dalam ruangan seperti Lamin Adat, Gedung Kesenian,atau di luar Gedung, di halaman lamin, lapangan, tergantung pada kebutuhan penyelenggara acara.
Tari Gong sendiri berfungsi umumnya sebagai sarana hiburan yang dipentaskan pada saat acara pernikahan, dan acara-acara seni. Karenanya tari ini mempunyai fungsi sebagai hiburan yang dinikmati oleh penonton tanpa ada respons dari penonton untuk menari Bersama.
Selain itu, secara tradisional fungsi Tari Gong adalah sebagai sarana ritual, hiburan, dan presentasi estetis. Tari Gong sebagai sarana ritual kesakralan upacara Dangai.
4. Tari Pakarena (Pecahan Rp 10.000)
Tari Pakarena adalah tarian tradisional dari Makassar. Tarian ini sangat enerjik, terkadang juga begitu hingar bingar oleh musik, namun diiringi oleh tarian yang sangat lambat lemah gemulai dari para wanita muda.
Dua kepala drum (gandrang) dan sepasang instrument alat semacam suling (puik-puik) biasanya ikut mengiringi dua penari tersebut.
Terdapat dua versi tentang sejarah awal mula tarian ini. Versi pertama menyatakan bahwa tarian Pakarena berawal dari kisah mitos perpisahan penghuni boting langi (negeri kahyangan) dengan penghuni lino (bumi) zaman dulu.
Sebelum detik-detik perpisahan, boting langi mengajarkan penghuni lino mengenai tata cara hidup, bercocok tanam, beternak hingga cara berburu lewat gerakan-gerakan tangan, badan dan kaki. Gerakan-gerakan inilah yang kemudian menjadi tarian ritual saat penduduk lino menyampaikan rasa syukurnya kepada penghuni boting langi.
Versi kedua menceritakan pada awalnya kerajaan Gowa sedang mengalami kekacauan karena banyak kerajaan kecil yang berseteru satu sama lain. Pada saat kekacauan tersebut datanglah seorang putri dari langit bernama Tomanurung yang mengaku sanggup menyelesaikan persoalan Gowa dan mempersatukan negeri dan membawa kesejahteraan.
5. Tari Gambyong (Pecahan Rp 5.000)
Tari gambyong adalah tari tradisional yang banyak dipersembahkan di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tari ini pada mulanya merupakan tari tlèdhèk yang hidup berkembang di lingkungan rakyat, dan kemudian berkembang menjadi tarian istana atau keraton.
Istilah "gambyong" atau tari gambyong mulai digunakan dalam Serat Centhini yang ditulis pada abad XVIII. Akan tetapi, diperkirakan tari gambyong merupakan perkembangan dari tari tlèdhèk atau tayub.
Serat Sastramiruda menyebutkan bahwa tari tayub telah dikenal sejak zaman Kerajaan Jenggala (kira kira abad XII), sedangkan tari tlèdhèk dikenal sejak zaman Demak (abad XV), yang disebut dengan "talèdhèk barangan" atau talèdhèk mengamen, yang dipertunjukkan dengan iringan rebana dan kendang serta diawali dengan vokal.
6. Tari Piring (Pecahan Rp 2.000)
Tari Piring merupakan tarian yang istimewa. Tarian ini dimainkan dengan menggunakan piring sebagai media utama.
Para penari Tari Piring memainkan piring dengan cekatan tanpa terlepas dari genggaman sembari bergoyang dengan gerakan yang mengalir lembut dan teratur.
Di samping itu, para penari juga sering melakukan tarian di atas pecahan kaca. Mereka menari, melompat-lompat, dan berguling-guling sembari membawa piring di atas pecahan kaca.
Uniknya, para penari tersebut tidak terluka sedikitpun dan piring yang mereka bawa tidak jatuh.
7. Tari Tifa (Pecahan Rp 1.000)
Secara gamblang, Tari Tifa merupakan tarian tradisional yang diiringi dengan alat musik tradisional bernama Tifa. Tifa sendiri merupakan instrumen musik tradisional sejenis gendang yang berasal dari Papua.
Salah satu suku yang dikenal menabuh Tifa dalam ritual adat mereka adalah suku Asmat. Di suku ini, tifa menjadi salah satu identitas kaum lelaki.
Selain menjadi identitas, Tifa pada Orang Malin Amin merupakan suatu alat yang memberikan motifasi dan penyemangat yang dapat membawa harapan dalam kehidupan karena Tifa menjadi interpretasi kehidupan mereka.
Oleh sebab itu, Tifa tidak hanya berkembang pada beberapa suku saja di Papua, tetapi telah menjadi alat musik identitas masyarakat Papua secara keseluruhan.
Demikian 7 jenis tarian tradisional Indonesia yang menghiasi uang baru atau Uang Rupiah Kertas Baru Tahun 2022.
(fdl/fdl)