Bunga Kredit di RI Gampang Naik, Eh Giliran Turun Susah Banget

Bunga Kredit di RI Gampang Naik, Eh Giliran Turun Susah Banget

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Senin, 12 Sep 2022 10:34 WIB
Petugas Cash Center BNI menyusun tumpukan uang rupiah untuk didistribusikan ke berbagai bank di seluruh Indonesia dalam memenuhi kebutuhan uang tunai jelang Natal dan Tahun Baru. Kepala Kantor perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua mengungkapkan jumlah transaksi penarikan uang tunai sudah mulai meningkat dibanding bulan sebelumnya yang bisa mencapai penarikan sekitar Rp1 triliun. Sedangkan untuk Natal dan tahun baru ini secara khusus mereka menyiapkan Rp3 triliun walaupun sempat diprediksi kebutuhannya menyentuh sekitar Rp3,5 triliun. (FOTO: Rachman Haryanto/detikcom)
Bunga Kredit di RI Gampang Naik, Eh Giliran Turun Susah Banget/Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Bunga kredit bank kini masih terbilang besar. Bahkan ada beberapa segmen yang bunganya menembus dobel digit atau di atas 10%.

Padahal suku bunga simpanan baik deposito maupun tabungan kini sudah sangat rendah. Direktur CELIOS Bhima Yudhistira Adhinegara mengungkapkan jika saat ini di Indonesia mengalami fenomena sulit turunnya bunga kredit.

Hal ini terjadi karena ada beberapa faktor salah satunya teori interest rate rigidity. "Jadi ketika BI beberapa tahun terakhir melakukan penurunan bunga acuan, itu respons suku bunga kredit perbankan sangat lambat," kata dia saat dihubungi, Senin (12/9/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Interest rate rigidity artinya ada kekakuan dari bank untuk mengikuti arah dari penurunan suku bunga acuan. Bhima menjelaskan, kedua yang lebih krusial lagi bank memperhatikan beban operasional terutama bank bank buku II atau I yang modalnya kecil.

Ketiga, bank saat ini masih melihat tingkat risiko bank dengan kompensasi bunga kredit yang mahal. Hal ini karena ada kekhawatiran setelah restrukturisasi akan terjadi kenaikan risiko kredit macet (non-performing loan/NPL).

ADVERTISEMENT

Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengungkapkan memang ini adalah anomali pada sistem keuangan Indonesia. Namun, di Indonesia sendiri bunga kredit dan simpanan di bank sangat beragam.

Besaran bunga akan berbeda untuk setiap orang, tak bisa disamaratakan. Perbedaan juga tergantung dari jenis simpanan, produk maupun jenis kredit.

Selain itu juga akan terlihat bedanya antara bank besar dan bank yang kecil. Menurut Piter, saat ini di bank besar suku bunga yang diberikan untuk simpanan sangat kecil karena bank besar cenderung memiliki daya tawar yang besar.

"Mereka merasa likuiditas masih cukup, karena periode kemarin likuiditas masih berkumpul di bank besar. Apalagi bank juga pusing menyalurkan, jadi mereka ke SBN dan selama pandemi belum menyalurkan kredit dan sekarang juga belum normal," jelasnya.

Dengan begitu, likuiditas yang ada sekarang ini masih cukup, jadi ketika suku bunga naik bunga simpanan dipertahankan selama mungkin. Justru yang dinaikkan adalah suku bunga kredit secara perlahan.

Lihat juga Video: Mendagri Minta Pemda Ikut Atasi Inflasi, Transfer ke Daerah Bisa Saja Dikurangi

[Gambas:Video 20detik]




(kil/ara)

Hide Ads