Krisis Lebanon Bikin Miris! Warga Bawa Granat-Pistol 'Rampok' Uang Sendiri di Bank

Krisis Lebanon Bikin Miris! Warga Bawa Granat-Pistol 'Rampok' Uang Sendiri di Bank

Ilyas Fadilah - detikFinance
Rabu, 12 Okt 2022 10:48 WIB
Seorang perempuan menyandera karyawan sebuah bank di Lebanon. Dia menuntut agar uang tabungannya bisa dicairkan untuk biaya perawatan medis adiknya.
Foto: AFP via Getty Images/ANWAR AMRO
Jakarta -

Krisis keuangan di Lebanon membuat sejumlah bank diserbu nasabahnya. Diketahui sebagian bank buka kembali setelah sempat tutup empat minggu.

Dilansir dari VOA, Rabu (12/10/2022) Di tengah krisis yang melanda banyak nasabah yang berupaya 'merampok' bank untuk mengambil tabungan mereka. Sejumlah bank di Lebanon telah membatasi jumlah penarikan uang tunai.

Ada yang membatasi penarikan US$ 500 atau Rp 7,65 juta per bulan. Bahkan ada juga yang membatasi US$ 200 atau Rp 3,06 juta per bulan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Upaya menarik paksa tabungan di bank mencerminkan kemarahan publik atas pihak bank.

Pada Selasa (04/10/2022), seorang nasabah membawa pistol dan granat memasuki cabang BLC Bank di Chtaura, mendesak supaya bisa mengambil uang tabungan senilai US$ 24.000 atau Rp 367 juta yang ia simpan di bank tersebut. Hal ini disampaikan Depositors' Outcry, kelompok yang memberikan advokasi ke para nasabah.

ADVERTISEMENT

Kelompok mengatakan, nasabah yang membawa pistol dan granat tersebut bernama Ali al-Saheli. Ia perlu mencairkan uangnya untuk bayar utang dan membayar biaya kuliah anaknya di Ukraina.

Bahkan al-Saheli sudah berupaya menjual ginjalnya untuk menutup kebutuhannya. Upayanya menarik tabungan di bank gagal dan ia ditahan oleh aparat keamanan.

Simak juga video 'Lebanon Merasa Puas dengan Perjanjian Perbatasan Maritim dengan Israel':

[Gambas:Video 20detik]



Bersambung ke halaman selanjutnya.

Cynthia Zarazir, seorang anggota parlemen, masuk ke satu cabang Byblos Bank dan mendesak bisa menarik uang US$ 8.500 atau Rp 130,05 juta dari rekeningnya untuk membayar biaya pengobatan.

Juga pada Selasa (04/10), sejumlah pegawai perusahaan listrik negara menyerbu First National Bank cabang Kota Tripoli di Lebanon utara melakukan aksi serupa. Mereka marah dengan keterlambatan pembayaran gaji dan diharuskan membayar biaya pemrosesan, kata Talal Hajer, wakil dari serikat yang mewakili para pegawai tersebut.

Dalam insiden ketiga, seorang nasabah bersenjata sempat menyandera staf di Byblos Bank di Kota Tyre, Lebanon selatan, menurut kelompok advokasi Depositors' Association.

Nasabah ini membawa pistol dan mendesak supaya bisa menarik uang tabungan US$ 44.000 atau Rp 673,200 juta. Setelah negosiasi ia dibolehkan menarik US$ 9.000 atau Rp 137,700 juta.

Di kawasan Hamzieh, di pinggiran ibu kota Beirut, seorang nasabah memaksa tinggal di kantor IBL Bank sampai diizinkan menarik uang dari rekeningnya. Tidak diketahui apakah ia bersenjata atau tidak.

Aparat mengamankan seorang pemrotes di depan kantor bank sentral Lebanon di Beirut. (Reuters)

Dan pada Rabu (05/10), Cynthia Zarazir, seorang anggota parlemen, masuk ke satu cabang Byblos Bank dan mendesak bisa menarik uang US$ 8.500 dari rekeningnya untuk membayar biaya pengobatan. Ia dilaporkan masuk ke kantor cabang bank ini tanpa senjata bersama beberapa kawan.

Pada pekan ini saya terjadi lima insiden. Pada Senin (03/10), Zaher Khawaja dan beberapa rekannya berhasil menarik US$ 11.750 dari rekening yang menyimpan uang US$ 700.000 di BLOM Bank cabang Harek Hreit.

BLOM mengatakan Khawaja tidak bersenjata dan tengah menyelidiki insiden ini. Bulan lalu, aksi-aksi nasabah yang ingin menarik tabungan atau deposito membuat asosiasi bank mengumumkan bahwa bank-bank komersial di Lebanon tutup selama beberapa pekan.


Hide Ads