Strategi Hybrid Bank BRI untuk Genjot Inklusi Keuangan di Daerah 3T

Strategi Hybrid Bank BRI untuk Genjot Inklusi Keuangan di Daerah 3T

Jihaan Khoirunnisa - detikFinance
Rabu, 26 Okt 2022 14:28 WIB
Direktur Utama BRI Sunarso
Foto: BRI
Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memasang target inklusi keuangan sebesar 90% di akhir 2024. Untuk mengejar target tersebut, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) telah menyiapkan berbagai strategi, salah satunya dengan mendorong penerapan hybrid bank.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan digitalisasi bank menjadi sebuah keharusan di zaman yang serba digital seperti saat ini. Namun tidak bisa dipungkiri faktanya masyarakat Indonesia belum sepenuhnya terdigitalisasi. Khususnya mereka yang berada di wilayah 3T (terluar, tertinggal dan terdepan).

"Mereka familiar dengan gadget. Tetapi belum cukup paham tentang produk keuangan. Apalagi produk keuangan yang di-deliver dengan instrumen digital," katanya dalam G20 Financial Inclusion Talks CNBC Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sunarso berharap penerapan strategi menjadi hybrid bank dapat menyentuh masyarakat di pedalaman yang perlu pendampingan secara personal. Dalam strategi hybrid bank, jelas Sunarso, pihaknya dibantu mitra Agen BRIlink.

Mereka pada dasarnya merupakan warung atau toko kelontong yang dapat melayani transaksi perbankan, seperti tarik dan setor tunai, transfer, dan sebagainya. Dengan strategi ini, maka BRI tidak perlu membuka kantor cabang karena sudah diwakilkan oleh Agen BRIlink.

ADVERTISEMENT

"Hasilnya luar biasa. Sekarang kita punya 560 ribu agen brilink di seluruh Indonesia. Transaksi tarik setor, transfer ke anaknya yang kuliah di kota, bisa datang ke tetangga yang jadi agen," tuturnya.

Dia menilai Agen BRIlink cukup efektif untuk mengikis keterbatasan akses perbankan di masyarakat. Hal ini terlihat dari volume Agen BRILink di seluruh Indonesia yang mencapai Rp 1.140 triliun selama periode 2021.

"Jadi saya katakan, kita harus digital banking, iya. Tapi faktanya masih banyak masyarakat yang butuh layanan seperti tadi lewat agen. Tahun ini sampai Agustus sudah Rp 700 triliun. Saya prediksi, full year nanti sekitar Rp 1.400 triliunan," tuturnya.

(ncm/ega)

Hide Ads