Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga 50 bps menjadi 5,25% pada rapat dewan gubernur (RDG) yang digelar Kamis 17 November 2022.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan kenaikan ini merupakan langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini masih tinggi.
Suku bunga ini sebelumnya bertahan selama 17 bulan berturut-turut. Kemudian BI mengambil kebijakan untuk menaikkan bunga acuan pada Agustus 2022 lalu. Hingga November atau dalam 4 bulan berarti BI telah menaikkan bunga acuan sebanyak 175 bps atau 1,75%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bankir mengungkapkan dengan naiknya bunga acuan ini maka akan berpengaruh pada bunga simpanan dan bunga kredit di bank.
Direktur Utama PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan mengungkapkan dengan naiknya bunga acuan selama tiga bulan berturut-turut ini akan lebih cepat mengerek bunga simpanan dan bunga kredit.
"Betul, mau tidak mau (bunga simpanan dan kredit akan naik," kata dia kepada detikcom, Jumat (18/11/2022).
Lani mengungkapkan perbankan memahami keputusan bank sentral dalam penentuan suku bunga. Memang banyak faktor yang mempengaruhi apakah dibutuhkan kenaikan lebih lanjut yang dikaji oleh BI untuk kepentingan ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengungkapkan bank akan menyesuaikan suku bunga dana deposito.
"Bunga kredit yang berdasarkan Jibor (Jakarta Interbank Offered Rate) sudah naik. Yang lain nanti kita evaluasi," kata dia.
Jahja menyebutkan kenaikan bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate sudah sesuai. Hal ini demi menekan dampak naiknya bunga Fed yang menyebabkan tekanan pada rupiah atas dolar AS.
"Sehingga rupiah juga harus disesuaikan, agar kurs bisa dikendalikan," jelas dia.
(kil/eds)