Bos BRI Beberkan 4 Jurus Hadapi Bayang-bayang Resesi Global

Bos BRI Beberkan 4 Jurus Hadapi Bayang-bayang Resesi Global

Anisa Indraini - detikFinance
Selasa, 24 Jan 2023 13:55 WIB
Direktur Utama PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Arief Mulyadi bersama jajaran, menerima kunjunganΒ  Direktur Utama BRI Sunarso berserta jajarannya, pasca terbentuknya Holding Ultra Mikro UMi, di Menara PNM, Jakarta, Rabu (9/2/2022). Pada kesempatan tersebut, Arief Mulyadi memaparkan kinerja PNMΒ  selama tahun 2021 serta outlook PNM untuk tahun 2022. Juga diberikan materi ultra mikro, strategic thinking framework dan digitalisasi demi mengoptimalkan ekosistem ultra mikro di Indonesia.
Dirut BRI Sunarso/Foto: dok. Holding Ultra Mikro
Jakarta -

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI telah menyiapkan berbagai strategi untuk menghadapi gejolak situasi global yang bisa berimbas kepada ekonomi domestik. Gejolak yang dimaksud mulai dari kenaikan inflasi, suku bunga tinggi, serta perlambatan ekonomi.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pihaknya telah menyiapkan empat strategi untuk mitigasi risiko menghadapi kondisi yang berpotensi terjadi sepanjang tahun ini.

"Sekarang bank dituntut untuk menetapkan strategi respons untuk menghadapi tantangan-tantangan. Kita sudah petakan, jadi kita buat matrik dengan 4 kuadran," katanya dalam rapat kerja dengan XI DPR RI, Selasa (24/1/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertama, jika ekonomi pulih namun inflasi naik dan kualitas pinjaman kredit memburuk, BRI akan melakukan pemantauan kualitas pinjaman secara intensif, mempertahankan kemampuan bank atau coverage ratio yang tinggi, hingga mengoptimalkan write-offs, untuk angka kesembuhan (recovery rate) yang lebih tinggi.

"Kita lakukan enhancement credit risk model dan loan portfolio guideline (LPG) diatur moderate sehingga kita masih bisa tetap ekspansi tetapi selektif. Itu kalau ekonomi pulih tetapi inflasinya naik dan kualitas pinjaman memburuk," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Kedua, jika ekonomi mulai pulih dengan inflasi terkendali dan kualitas pinjaman membaik, maka perseroan akan mengendurkan LPG sebagai pedoman untuk strategi pertumbuhan, menurunkan coverage ratio, enhance risk-based pricing model untuk meningkatkan daya saing produk, serta optimalisasi write-offs untuk recovery rate yang lebih tinggi.

"Jadi bantalannya mulai kita kurangi. Dikemanakan? Bisa jadi laba," imbuhnya.

Kondisi ketiga, yakni jika ekonomi tetap stagnan lalu inflasi naik dan kualitas pinjaman memburuk, perseroan akan berupaya tumbuh terbatas dengan pengaturan LPG yang ketat dan mempertahankan coverage ratio yang tinggi, memantau kualitas pinjaman yang intensif, serta simulasi dan stress-test secara berkesinambungan.

"Jadi mungkin seminggu sekali, sebulan sekali harus kita lakukan stress-test itu. Kalau ada kondisi yang memburuk kita sudah tahu antisipasi seperti apa," sebutnya.

Keempat atau terakhir, jika kondisinya ekonomi stagnan tetapi inflasi terkendali dan kualitas pinjaman membaik, perseroan akan tumbuh secara selektif dengan mengatur LPG secara moderat, mempertahankan coverage ratio, memantau kualitas pinjaman yang intensif, serta simulasi dan stress-test secara berkesinambungan.

"Ini strategi respons yang harus kita siapkan jika terjadi empat kombinasi kemungkinan terhadap situasi ekonomi kita," pungkasnya.

RI bakal kena resesi? Cek halaman berikutnya.

RI Diproyeksi Kebal Resesi

Sunarso menyebut pengelolaan ekonomi Indonesia sangat kuat dan solid. Dia kemudian mengutip laporan Bloomberg yang menyebut bahwa probabilitas Indonesia terkena resesi di 2023 hanya 3%.

"Sri Lanka itu 85% peluangnya resesi. Kita patut bersyukur atas soliditas pengelolaan ekonomi kita. Pertumbuhan di atas 5% kira-kira itu pertumbuhan yang masih sangat impresif di tengah ketidakpastian global saat ini," tuturnya.

Ada dua faktor yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia yaitu COVID-19 semakin terkendali dan ekspor komoditas yang masih menggeliat membantu neraca perdagangan tumbuh tetap positif.

"Kalau harga komoditas bergerak turun, bagi kita sebenarnya yang penting adalah masih di level yang tinggi karena ekonomi kita memang banyak terutama di neraca perdagangan kita adalah disupport oleh perdagangan komoditas," tuturnya.

Sunarso menambahkan, rating investasi Indonesia yang stabil dan positif juga menunjukkan terjadinya kepercayaan investor di global untuk mempertahankan investasinya di Indonesia.

"Atau bahkan kalau bisa meningkatkan investasinya di Indonesia meskipun memang banyak melalui portofolio," pungkasnya.



Simak Video "Gen Z Hati-hati! Ada Resesi"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads