Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga sebesar 225 basis poin sejak Agustus tahun lalu menjadi 5,75%. Suku bunga ini akan mempengaruhi bunga simpanan dan bunga kredit di perbankan.
Menanggapi hal tersebut Direktur Treasury & International Banking Panji Irawan mengungkapkan kenaikan ini telah diantisipasi oleh perbankan. Memang, bank sentral menaikkan bunga ini sebagai kebijakan front loading dan preemtive untuk menjaga inflasi inti dan menjaga stabiitas nilai tukar rupiah dibandingkan mata uang negara lain.
"Kenaikan suku bunga acuan itu juga sejalan dengan proyeksi Bank Mandiri. Bank akan mengikuti tren dan di industri akan merespon signal oleh otoritas moneter," kata dia dalam konferensi pers, Selasa (31/1/2023).
Dia mengungkapkan memang dampak kenaikan suku bunga ini tidak serta merta bisa langsung terasa ke debitur. "Bank Mandiri juga selektif dan mengutamakan kelancaran dan keuangan debitur Bank Mandiri," ujar dia.
Saat ini cost of fund atau biaya dana tercatat 1,25% secara bank only. Lalu untuk dana pihak ketiga mayoritas atau sekitar 77,6% didominasi oleh current account saving account (CASA). Sehingga likuiditas Bank Mandiri cukup ample dan bisa memberikan bunga yang kompetitif ke pasar.
Sebelumnya RDG BI pada 18-19 Januari 2023 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,5%.
Perry mengatakan, keputusan kenaikan suku bunga yang lebih terukur ini merupakan langkah lanjutan untuk secara front loaded, pre-emptive, dan forward looking memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan.
BI meyakini kenaikan BI7DRR sebesar 225 bps sejak Agustus 2022 hingga menjadi 5,75% ini memadai untuk memastikan inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3,0±1% pada semester I 2023 dan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke dalam sasaran 3,0±1% pada semester II 2023.
Kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation) diperkuat dengan operasi moneter valas, termasuk implementasi instrumen berupa term deposit (TD) valas dari Devisa Hasil Ekspor (DHE) sesuai mekanisme pasar.
Lihat juga video 'Kagetnya Gubsu Edy, Masih Ada Bank Salurkan KUR Bunga 6% ke UMKM':