Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) mencatat ada beberapa tantangan mendasar yang dihadapi oleh industri Bank Perekonomian Rakyat (BPR) dan Bank Perekonomian Rakyat Syariah (BPRS) yang akan menerapkan digitalisasi.
Tantangan tersebut dimulai dari pola pikir (mindset), keterbatasan modal, keterbatasan infrastruktur, dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum memiliki pengetahuan memadai.
"Pola pikir ini akhirnya membelenggu dan memengaruhi upaya transformasi digital. Untuk itu, sangat penting bagi Perbarindo mengadakan seminar guna meningkatkan kapabailitas serta kompetensi SDM BPR-BPRS, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan daya saing industri," ujar Ketua Umum Perbarindo Tedy Alamsyah di Jakarta, Selasa (11/4/2023).
Menurut dia, industri BPR-BPRS harus mampu memenuhi preferensi nasabah terhadap layanan perbankan ke depan. Layanan yang lebih mengutamakan kecepatan, kemudahan, keamanan dan dapat bertransaksi tanpa dibatasi ruang serta waktu, tentu menjadi harapan bagi BPR-BPRS untuk mewujudkannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Ada UU PPSK, Apa Untungnya buat BPR? |
"Kami sadari, kebutuhan masyarakat semakin berkembang, di sisi lain kami juga terus berupaya mencari solusi yang efektif, efisien, dan aman dalam penyediaan teknologi bagi BPR-BPRS, salah satu upayanya yaitu menjalin sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak. Tentunya dengan model bisnis yang saling melengkapi, menguntungkan dan mendorong tumbuh bersama. Sehingga dampak akhirnya, masyarakat yang dilayani lebih mudah, cepat, dan aman," tegas Tedy.
Upaya memenuhi kebutuhan konsumen membutuhkan penguatan pengelolaan terhadap data, model bisnis, regulasi, dan teknologi. Keempat bidang terpenting ini tidak memungkinkan untuk dikuasai dalam jangka waktu yang singkat. Sementara peningkatan daya saing sangat mendesak untuk dilakukan agar tidak kehilangan momentum.
"Oleh karena itu, upaya mentransformasi BPR-BPRS tidaklah dapat dilakukan secara optimal tanpa melibatkan semua aspek yang saling mendukung satu dengan lainnya," tuturnya.
Aspek-aspek yang dimaksud antara lain peningkatan kapasitas SDM, pengembangan produk dan layanan, perbaikan tata kelola, manajemen risiko, pemenuhan ketentuan, penyempurnaan infrastruktur teknologi informasi, dan sistem informasi manajemen.