Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed), memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 5,0-5,25% pada Rabu (14/6). Meski demikian, diisyaratkan akan ada kenaikan suku bunga acuan dua kali tahun ini.
Dikutip dari Reuters, Kamis (15/6/2023), potensi kenaikan ini terlihat lantaran bank sentral bereaksi terhadap ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan dan penurunan inflasi yang lebih lambat. Gubernur The Fed Jerome Powell menggambarkan pertumbuhan AS dan pasar kerja bertahan lebih baik dari yang diharapkan di bawah beban pengetatan kebijakan moneter agresif tahun lalu.
"Jeda itu karena kehati-hatian," kata Powel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi ini memungkinkan The Fed mengumpulkan lebih banyak informasi sebelum menentukan apakah suku bunga perlu dinaikkan lagi dan menemukan titik akhir yang tepat yang memperlambat kenaikan harga sambil meminimalkan kenaikan apapun.
Banyak ekonom dan analis berpendapat resesi sudah dekat dan ekonomi akan retak, proyeksi triwulanan Fed terbaru memperkirakan pertumbuhan naik sedikit, perkiraan pengangguran turun sedikit, dan perkiraan inflasi naik.
"Lebih banyak pengekangan akan diperlukan daripada yang kami duga," ujarnya.
Baca juga: Cek! Bocoran Investasi yang Cuan Tahun Ini |
Sementara itu, sembilan dari 18 pejabat memperkirakan suku bunga acuan naik setengah poin persentase di luar kisaran 5,00-5,25% saat ini, sementara tiga lainnya merasa perlu lebih tinggi lagi.
Di sisi lain, Powel menilai teka-teki inflasi mulai masuk akal, dengan The Fed fokus pada mendapatkan kebijakan yang benar. Ia merasa perlu merenungkan apa yang mungkin memicu kenaikan suku bunga terakhirnya, sebelum penurunan inflasi memungkinkan penurunan suku bunga tahun depan.
"Kondisi yang perlu kita lihat ... untuk menurunkan inflasi akan terjadi, tapi proses yang benar-benar bekerja pada inflasi akan memakan waktu lama," imbuhnya.
Lihat juga Video 'Poundsterling Terjun Bebas ke Level Terlemah Dalam 37 Tahun Terakhir':