Federal Reserve Amerika Serikat (AS) kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,25-5,5%. Angka ini menjadi yang tertinggi dalam 22 tahun, yang disebabkan lantaran negara harus berjuang melawan inflasi.
Dilansir dari CNBC International, Kamis (27/7/2023), kenaikan suku bunga ini adalah yang ke-11 sejak The Fed mulai melakukan kenaikan suku bunga yang agresif pada Maret 2022 silam, dengan total kenaikan 525 bps. Kondisi ini akhirnya membuat suku bunga AS berada pada level tertingginya sejak awal 2001.
Kenaikan ini pun telah diekspektasikan oleh pasar sebelumnya, yang mana diharapkan kenaikan tersebut menjadi yang terakhir untuk tahun ini. Namun Chairman The Fed Jerome Powell telah mengisyaratkan seolah masih ada kemungkinan terjadinya kenaikan suku bunga dalam beberapa waktu ke depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usia menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC), Powell mengatakan jika inflasi saat ini masih jauh dari target The Fed. Menurutnya, masih ada kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga apabila data berkembang ke arah sana.
"Bisa saya katakan ada kemungkinan bahwa kami akan menaikkan suku bunga kembali di September jika datanya meyakinkan," kata Powell.
Meski demikian, Powel menyebut, tidak menutup kemungkinan pula bila The Fed tetap akan menahan suku bunganya ke depan apabila datanya juga mendukung. Powell menambahkan, FOMC akan menilai totalitas data yang masuk serta implikasinya terhadap aktivitas ekonomi dan inflasi.
"Saya juga bisa katakan ada peluang bagi kami untuk memilih menahan suku bunga. Kami akan melakukan penilaian secara hati-hati dari pertemuan ke pertemuan," ujarnya.
Di sisi lain, dalam konferensi pers tersebut, Powell mengatakan, dirinya tidak melihat ada tanda-tanda resesi di AS. Menurutnya, perlambatan ekonomi AS hanya akan bergerak 'soft landing'.
Kenaikan suku bunga yang terus dilakukannya dalam 1 tahun terakhir juga menjadi yang paling agresif sejak 1980an di mana pada saat itu AS juga tengah menghadapi inflasi tinggi karena lonjakan harga minyak.
Langkah The Fed dalam menaikan kembali suku bunganya itu mendapat persetujuan bulat dari anggota panitia pemungutan suara. The Fed juga mencatatkan peningkatan pertumbuhan ekonomi menjadi moderat dari sederhana pada pertemuan Jun lalu.
Di sisi lain, The Fed juga menyebut masih ada ekspektasi setidaknya resesi ringan di masa depan. Pernyataan itu kembali menggambarkan inflasi yang meningkat dan status perolehan pekerjaan menjadi kuat. Lewat sebuah pernyataan The Fed menambahkan, Komite akan mengevaluasi dampak pengetatan kebijakan moneter ini kepada ekonomi secara keseluruhan.
"Komite akan terus menilai informasi tambahan dan implikasinya terhadap kebijakan moneter," bunyi pernyataan tersebut.
Sebagai tambahan informasi, berita akhir-akhir ini tentang inflasi AS cukup menggembirakan. Indeks harga konsumen naik 3% dalam basis 12 bulan di bulan Juni, setelah berjalan pada tingkat 9,1% pada tahun lalu. Konsumen juga semakin optimis tentang ke mana arah harga, dengan survei sentimen University of Michigan terbaru menunjukkan prospek laju 3,4% di tahun mendatang.
(rrd/rir)