BI Naikkan Atau Tahan Suku Bunga? Simak Prediksi Bos Bahana

BI Naikkan Atau Tahan Suku Bunga? Simak Prediksi Bos Bahana

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Selasa, 01 Agu 2023 14:27 WIB
Chief Economist Bahana TCW, Budi Hikmat.
Foto: Shafira Cendra Arini/Detikcom
Jakarta -

PT Bahana TCW Invesment Management (Bahana TCW) menilai Bank Indonesia (BI) akan mengeluarkan kebijakan yang lebih akomodatif pada tahun ini. Dengan kata lain, BI diproyeksikan tidak akan menaikkan suku bunganya pada sisa tahun 2023 ini.

Chief Economist Bahana TCW, Budi Hikmat menilai, The Fed, berkemungkinan akan menaikkan suku bunganya pada paruh kedua 2023 ini, berkaca dari angka inflasi yang masih jauh dari angka 2,0%. Walau demikian, market tidak akan berekasi seagresif tahun lalu. Dalam hal ini, Indonesia sendiri diprediksikan tidak akan mengikuti jejak Bank Sentral AS itu.

"BI kemungkinan akan ngasi jambu manis. Ternyata, suku bunga kita sudah cukup tinggi," kata Budi, dalam Media Briefing di Kantor Bahana TCW, Sudirman, Jakarta Selatan, Selasa (1/8/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun saat ini, suku bunga acuan atau atau BI-7Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) berada pada level 5,75% per 25 Juli 2023. Langkah BI menahan bunga acuan ini untuk memastikan target inflasi tercapai. Budi menilai, kinerja ekonomi Indonesia saat ini dalam keadaan yang baik, dengan inflasi yang diproyeksikan di kisaran 3,5%.

"Ini lebih loh. Real Interest Rate kita 2,2," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Walau demikian, belum ada tendensi BI akan menurunkan suku bunganya. Budi menilai, kemungkinan suku bunga masih akan ditahan. Pemerintah akan menerapkan kebijakan fiskal dan moneter yang lebih akomodatif.

"Fiskal akan lebih diprioritaskan, supaya bisa lebih menggerakkan ekonomi. Moneter? Kemungkinan pakai GWM (Giro Wajib Minimum). Tunggu The Fed selesai dulu, stay, baru BI," jelasnya.

Budi mengatakan, fundamental ekonomi Indonesia relatif lebih kuat dibandingkan dengan banyak negara. Ia menilai, kebijakan pemerintah saat ini banyak membawa kabar baik sehingga market global turut mengapresiasi. Salah satunya terlihat dari current account Indonesia yang berada pada level 1,2 dan dan data-rata pelemahan rupiah Indonesia yang berada di level 1,25% per tahun.

"Rata-rata pelemahan rupiah seperti apa. Ini jauh lebih bagus dari South Africa. Per tahun mata uang melemah 8%. Indonesia terakhir relatif bagus. Kita lebih produktif, hilirisasi tuh bener," ujarnya.

(rrd/rir)

Hide Ads