Dolar AS Dekati Rp 16.000, Siap-siap Harga Barang Impor Ini Bakal Naik

Dolar AS Dekati Rp 16.000, Siap-siap Harga Barang Impor Ini Bakal Naik

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 20 Okt 2023 06:00 WIB
Tembus Rp 15.500, Dolar AS Makin Menggila
Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Nilai tukar Dolar AS terus menerus menguat terhadap Rupiah. Analis keuangan pun sepakat mata uang negeri Paman Sam puncaknya bakal menguat ke level Rp 16.000.

Pada penutupan perdagangan di hari Kamis 19 Oktober, Rupiah sedikit menguat di angka Rp 15.856, ada peningkatan nilai sekitar 0,81% atau menguat 128 poin. Meski menguat, jumlahnya sudah hampir menyentuh level Rp 16.000.

Naiknya tensi geopolitik setelah adanya konflik Israel dan Hamas diyakini menjadi biang keroknya. Konflik tersebut membuat ketidakpastian dirasakan oleh pasar, mata uang Dolar sebagai safe haven pun dipilih sebagai instrumen paling aman untuk dipegang oleh investor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan bisa jadi minggu depan Rupiah akan terus melemah dan membuat Dolar AS berada di level Rp 16.000. Menurutnya gongnya adalah invasi Israel ke Gaza, bila hal itu terjadi kemungkinan Dolar bakal menguat ke level Rp 16.000.

"Ada kemungkinan besar kalau rupiah tembus di Rp 15.900 akan kemungkinan besar Rp 16.000. Kemungkinan di minggu depan sudah tercapai itu Rp 16.000, karena kuncinya itu invasi Israel ke Gaza, kalau jadi melakukan invasi akan sangat besar kemungkinannya jadi Rp 16.000. Ini memang masalah eksternal yang terlalu kuat," ungkap Ibrahim kepada detikcom, Kamis (19/10/2023).

ADVERTISEMENT

Analis pasar uang Lukman Leong juga mengamini pernyataan Ibrahim. Menurutnya, dengan tren penguatan Dolar hingga akhir tahun, bukan tidak mungkin Dolar AS bakal menekan Rupiah di level Rp 16.000.

"Potensi pelemahan Rupiah menembus Rp 16.000 sangat terbuka, mengingat Dolar AS diperkirakan masih akan terus kuat hingga paling tidak akhir tahun ini. Dengan perkembangan akhir-akhir ini, Dolar boleh dikatakan hampir pasti menyentuh Rp 16.000 dalam waktu dekat ini, kecuali ada perkembangan terbaru yang melemahkan dolar AS," ungkap Lukman Leong kepada detikcom.

Sementara itu, pengamat pasar uang, Ariston Tjendra meyakini Bank Indonesia pasti akan melakukan intervensi untuk menahan laju penguatan Dolar AS. Meski begitu, melihat sentimen pendukung penguatan Dolar AS belum surut, nampaknya penguatan Dolar di level Rp 16.000 tidak terelakkan lagi.

"Untuk jebol ke Rp 16.000 mungkin tidak hari ini. BI mungkin masuk bila volatilitas hari ini terlalu tinggi. Tapi peluang ke sana, masih terbuka karena sentimen pendukung masih belum surut," ujar Ariston.

Barang-barang Naik

Menguatnya nilai tukar Dolar AS ini dikhawatirkan dapat memicu kenaikan harga dan inflasi. Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai ketika depresiasi rupiah terjadi sangat dalam, bahkan mencapai di level Rp 16.000 ke atas, maka ini akan mempengaruhi nilai atau harga produk impor yang masuk ke dalam negeri.

"Hal ini sudah tentu akan mempengaruhi komposisi perubahan harga terutama pada produk-produk yang bahan bakunya itu sangat bergantung terhadap impor dari luar negeri," ungkap Yusuf Rendy ketika dihubungi detikcom.

Ketika terjadi perubahan harga pokok produksi maka harga jual pun berpeluang untuk berubah dan mengalami peningkatan. Tak terkecuali harga komoditas pangan yang diimpor.

"Dengan masih relatif tingginya beberapa harga komoditas pangan saat ini, maka ini sudah tentu akan menjadi dorongan inflasi untuk menjadi lebih tinggi dibandingkan sebelumnya," ujar Yusuf Rendy.

Senada dengan Yusuf Rendy, Ibrahim juga mengungkapkan hal yang sama, dia menilai kenaikan harga barang pasti akan terjadi apabila ada penguatan nilai tukar Dolar AS. Dia khawatir konsumsi dan daya beli masyarakat akan berkurang karena tingginya harga barang.

Menurutnya barang-barang elektronik, obat-obatan, pupuk, hingga sparepart otomotif menjadi beberapa jenis barang yang harganya mengalami kenaikan pesat.

"Pasti, barang impor termasuk elektronik akan mengalami kenaikan, handphone, AC, barang-barang lain. Pupuk segala, ingat lho itu kan impor. Obat-obatan juga impor. Otomotif juga akan mengalami kenaikan harga karena barangnya impor kan," ungkap Ibrahim.

(hal/das)

Hide Ads