Bank Sentral Inggris Tahan Suku Bunga dan Pangkas Proyeksi Ekonomi

Bank Sentral Inggris Tahan Suku Bunga dan Pangkas Proyeksi Ekonomi

Anisa Indraini - detikFinance
Jumat, 03 Nov 2023 08:45 WIB
BATH, UNITED KINGDOM - SEPTEMBER 25: In this photo illustration, British GDP £1 coins and bank notes are pictured on September 25, 2022 in Bath, England. The UK pound sterling fell to its lowest level against the U.S. dollar since 1985, as concerns grew at the prospect of a surge in the UK government borrowing to pay for the multiple tax cuts, announced in Conservative Party chancellor Kwasi Kwarteng’s mini-budget. The fall in the value of sterling is also contributing to the UKs cost of living crisis, as inflation hits a near-30-year high. (Photo Illustration by Matt Cardy/Getty Images)
Ilustrasi Poundsterling/Foto: (Getty Images/Matt Cardy)
Jakarta -

Bank Sentral Inggris (Bank of England) menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi negaranya dan mempertahankan suku bunga tetap di level 5,25%. Hal itu dilakukan di tengah perang Israel-Hamas yang dapat mendorong harga energi dan inflasi.

Bank Sentral Inggris memperkirakan ekonomi negaranya hanya tumbuh di level 0,1% pada kuartal III-2023. Perkiraan itu lebih suram dibandingkan proyeksi pada Agustus 2023.

"Ada semakin banyak tanda bahwa suku bunga yang lebih tinggi membebani aktivitas ekonomi. Kami melihatnya dalam data aktivitas yang lebih lemah dan dalam serangkaian survei bisnis," kata Gubernur Bank Sentral Inggris Andrew Bailey dikutip dari CNN, Jumat (3/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bank Sentral Inggris berhenti menaikkan suku bunga sejak September 2023 setelah menaikkan 14 bulan berturut-turut. Menurutnya, biaya pinjaman lebih tinggi masih akan berdampak pada perekonomian sehingga pertumbuhan dapat melambat lebih tajam lagi.

Meski terjadi perlambatan ekonomi, Bank Sentral Inggris memperkirakan inflasi kembali ke target 2% pada akhir 2025, atau kira-kira enam bulan lebih lambat dari perkiraan sebelumnya.

ADVERTISEMENT

"Sama sekali tidak ada ruang untuk berpuas diri. Inflasi masih terlalu tinggi," kata Bailey, menunjuk pada risiko perang Israel-Hamas yang dapat mengangkat harga energi.

Meskipun Bank Sentral Inggris mempertahankan suku bunga untuk kedua kalinya berturut-turut, tidak menutup kemungkinan akan ada kenaikan lebih lanjut dan penurunan suku bunga belum direncanakan. Sebanyak enam anggota komite kebijakan moneter memilih mempertahankan suku bunga, sementara tiga anggota lainnya memilih kenaikan 0,25 poin persentase.

Keputusan tersebut mempertahankan biaya pinjaman utama bank komersial di Inggris sebesar 5,25%. Itu merupakan level tertinggi sejak Februari 2008.

"Kami akan mengawasi dengan cermat untuk melihat apakah kenaikan suku bunga lebih lanjut diperlukan. Masih terlalu dini untuk memikirkan penurunan suku bunga. Kami akan mempertahankan suku bunga cukup tinggi dalam jangka waktu yang cukup lama untuk memastikan inflasi kembali ke target 2%," imbuhnya.

Keputusan Bank Sentral Inggris mencerminkan keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve atau The Fed yang mempertahankan suku bunga acuan dua kali berturut-turut pada kisaran 5,25-5,50%. Bank Sentral Eropa juga menghentikan kenaikan suku bunga untuk pertama kalinya dalam 15 bulan.

Ketiga bank sentral tersebut mengindikasikan adanya perlambatan lebih lanjut dalam aktivitas ekonomi, karena biaya pinjaman yang lebih tinggi mengurangi permintaan.

(aid/ara)

Hide Ads