Bank Indonesia (BI) mulai menghitung dan menyiapkan kebutuhan uang tunai masyarakat untuk libur Natal dan Tahun Baru (Nataru), Pemilihan Umum (Pemilu), serta Idul Fitri. Diketahui momen tersebut akan datang secara berurutan dalam waktu dekat.
"Jadi 5 bulan terakhir ini nanti akan bareng Nataru, Pemilu dan Ramadan Idul Fitri. Jadi tentunya kami di BI juga menyiapkan kecukupan uang. Jadi kami sudah hitung-hitung dan kami punya policy, jadi ada kebijakannya," kata Deputi Gubernur BI Doni P. Joewono dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (23/11/2023).
Doni memastikan pihaknya akan mengoptimalkan uang layak edar untuk kebutuhan masyarakat khususnya di momen-momen tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kita kebijakanya tentunya akan mengoptimalkan uang yang layak edar. Biasanya uang-uang yang baru itu untuk yang merayakan Nataru sama Ramadan dan Idul Fitri," tutur Doni.
Doni menyebut pihaknya sudah mulai melakukan distribusi dan berkoordinasi dengan perbankan untuk menyiapkan kebutuhan uang tunai masyarakat di momen Nataru, Pemilu dan Idul Fitri.
Sayangnya Doni belum bisa membeberkan berapa jumlah uang tunai yang disiapkan BI khususnya dalam waktu dekat ini libur Nataru. Berdasarkan perhitungan sementara, kebutuhan diperkirakan akan tumbuh 6-8% dari hari-hari biasa.
"Kami sudah mulai melakukan distribusi, jadi istilah kita front loading karena ini 5 bulan ke depan. Jadi kita akan front loading supaya tidak crowded dan tentunya kami sudah koordinasi dengan perbankan untuk menyiapkan hal ini. Kalau dari sisi angka kami sementara menghitung 6-8% dari kebutuhan yang normal," beber Doni.
Berdasarkan catatan BI, pertumbuhan uang beredar dalam arti luas (M2) pada Oktober 2023 tercatat sebesar 3,4% (yoy). Hal itu ditopang oleh pertumbuhan cukup kuat pada uang kuasi sebesar 7,8% (yoy) dan uang kartal sebesar 6,7% (yoy).
Dari faktor yang mempengaruhinya, pertumbuhan M2 didorong oleh kredit yang tetap kuat dan ekspansi operasi keuangan pemerintah. Operasi keuangan pemerintah pada Oktober 2023 mencatat ekspansi sebesar Rp 85,43 triliun setelah sebelumnya mencatat kontraksi sebesar Rp 269,36 triliun sampai September 2023.
(aid/das)