BI Jaga Kedaulatan RI Bawa Rp 1,73 M Pakai Kapal Perang, Singgung Sipadan-Ligitan

BI Jaga Kedaulatan RI Bawa Rp 1,73 M Pakai Kapal Perang, Singgung Sipadan-Ligitan

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Minggu, 25 Feb 2024 09:35 WIB
Tugu Rupiah di Sebatik
Tugu Rupiah Berdaulat sebagai batas wilayah RI-Malaysia (Foto: Shafira Cendra Arini)
Jakarta -

Bank Indonesia (BI) menggelar Ekspedisi Rupaih Berdaulat (ERB). Di hari pertama pelaksanaan, Tim ERB berlayar menuju ke Pulau Sebatik, Kalimantan Utara, dengan membawa uang baru senilai Rp 1,73 miliar untuk keperluan layanan penukaran rupiah.

Program ERB merupakan layanan penyedia uang rupiah layak edar melalui kegiatan kas keliling, dikhususkan untuk daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T). ERB merupakan buah kerja sama BI dengan TNI Angkatan Laut (AL). Untuk pembukaan tahun 2024 ini, ekspedisi pertama digelar dengan menggunakan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) dr. Soeharso-990 dari tanggal 24-28 Februari 2024.

Deputi Gubernur BI Doni Primanto Joewono mengatakan, ketika perjalanan menuju ke Pulau Sebatik dari Pulau Tarakan, ia teringat akan kasus sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan. Doni mengatakan, pada kala sengketa terjadi beberapa tahun lalu, Indonesia kalah dengan Malaysia karena di kedua pulau tersebut tidak ada transaksi rupiah dan hanya ada ringgit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di atas kapal saya naik di geladak. Saya melihat ini kapal itu berada di tengah Tawau, di kiri Sebatik, di kanan Sipadan-Ligitan. Saya bersyukur saya berada di tengah-tengah, tapi saya juga sedih karena kalau di tarik garis lurus Sipadan-Ligitan itu adalah milik Indonesia," kata Doni, dalam sambutannya di Peresmian Tugu Rupiah Berdaulat, di Pulau Sebatik, Kalimantan Utara, Sabtu (24/2/2024)

"Kalau kita tarik garis lurus itu Sipadan dan Ligitan adalah milik kita. Di Mahkamah Internasional yang membuat kita kalian Malaysia adalah di Sipadan dan Ligitan ini tidak ada uang rupiah," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Hal ini menjadi salah satu alasan pelaksanaan ERB tahun ini dibuka dengan kunjungan ke Kalimantan Utara (Kaltara), yakni Pulau Sebatik punya kondisi spesial di mana daerahnya terletak di dua negara, yaitu sebagian Malaysia dan sebagiannya Indonesia.

Sejalan dengan itu juga, BI meresmikan Tugu Rupiah Berdaulat Perbatasan NKRI di Pulau Sebatik. Tugu ini merupakan tugu rupiah pertama di Indonesia yang di bangun di kawasan perbatasan NKRI. Harapannya keberadaan tugu ini bisa kembali memperkuat eksistensi rupiah di sana.

"Untuk mengingatkan kita bahwa batas tugu itu tidak hanya batas wilayah, tapi juga batas rupiah. Jadi ini mengingatkan kita semua, inilah rupiah yang berdaulat. Itu adalah batas berdaulat kita. Sehingga, tugu ini adalah (tugu perbatasan) yang pertama di seluruh Indonesia," ujar Doni.

Selain meresmikan tugu, kunjungan BI ke Pulau Sebatik dalam rangka program ERB. Program ini ialah kegiatan pemberian layanan penyedia uang rupiah layak edar melalui kegiatan kas keliling. Dari total 5 destinasi di kawasan 3T Kalimantan, Pulau Sebatik menjadi yang pertama dikunjungi.

"Hari ini kami sengaja datang ke sini dan kamu membawa sekitar Rp 1,7 miliar untuk dapat ditukar di daerah Sebatik ini karena kami melihat pak, ibu-ibu itu kalau membawa, menaruh uang itu pertama dompet, kemudian di mana, lama-lama uang itu jadi kotor. Kami tidak ingin uang itu bervirus dan menimbulkan penyakit sehingga kami tentunya mengimbau, bapak/ibu sekalian yang punya uang busuk mohon dapat ditukar," katanya.

Total ada tiga lokasi layanan penukaran uang di Pulai Sebatik antara lain di Gedung Gedung Aztrada, Pasar Aji Kuning, dan Tugu Rupiah. Selain layanan penukaran uang, di lokasi-lokasi tertentu juga akan dilangsungkan sosialisasi dan Edukasi Cinta Rupiah Bangga Rupiah Paham Rupiah (CBP) hingga pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis.

Sementara itu, Wakil Bupati Nunukan Hanafiah mengucapkan terima kasih atas program ERP dari BI dan TNI AL di Pulau Sebatik. Ia juga mengapresiasi pembangunan Tugu Rupiah Berdaulat di pulau tersebut. Harapannya, kedaulatan NKRI bisa semakin menguat, khususnya di wilayah perbatasan.

"Tentu adalah kegiatan yang sangat strategis menurut saya karena kita ingin tetap menjaga eksistensi rupiah di perbatasan. Karena kita tahu yang namanya perbatasan Interaksi masyarakat itu kan sangat-sangat tinggi ke wilayah lain, katakanlah negara lain, tentu ini akan bisa, mungkin, mengganggu patriotismenya nasionalismenya," kata Hanafiah.

Hanafiah juga mengimbau kepada masyarakat Pulau Sebatik agar kiranya saat melakukan transaksi jual-beli tetap mengutamakan penggunaan rupiah. Apalagi mengingat penggunaan ringgit masih kerap terjadi di sejumlah wilayah, utamanya yang berbatasan langsung dengan Malaysia.

(shc/das)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads