4 Upaya BI Wujudkan Indonesia Jadi Pusat Ekonomi Syariah

4 Upaya BI Wujudkan Indonesia Jadi Pusat Ekonomi Syariah

Syahdan Althalif - detikFinance
Senin, 26 Feb 2024 17:07 WIB
Bank Indonesia
Foto: Syahdan Althalif
Jakarta -

Bank Indonesia (BI) menyatakan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia tahun 2023 mencapai momentum yang sangat positif. Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung menyampaikan Indonesia berhasil menduduki peringkat 3 dalam State of Global Islamic Economy (SGIE) Report, naik satu peringkat dibandingkan tahun sebelumnya.

"Indonesia kini berada di posisi 3, naik satu tingkat dari tahun sebelumnya. Dan juga dari pariwisata ramah muslim kita berada di peringkat pertama dari Global Moslim Travel Index tahun 2023," kata Juda dalam acara peluncuran Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (KEKSI) 2023 dan seminar Sharia Economic and Financial Outlook (ShEFO) 2024, Senin (26/2/2024).

Tidak hanya itu, Juda mengungkapkan peran bank syariah di Tanah Air juga terus berkembang. Hal ini dibuktikan dengan tingkat pertumbuhan kredit dan pembiayaan syariah yang tumbuh di angka 10,5%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di samping kabar baik yang berdatangan, Juda menilai Indonesia masih dalam perjalanan panjang menuju negara dengan perekonomian syariah nomor satu di dunia. Ia mengatakan masih terdapat tantangan dalam meningkatkan produksi dan ketersediaan produk halal di Indonesia, inovasi model bisnis keuangan syariah, perluasan basis investor dan pemanfaatan digitalisasi, serta penguatan literasi ekonomi syariah di tengah masyarakat.

"Ini semua menjadi tanggung jawab bersama kita dan tentu saja membutuhkan kerja keras, konsistensi, dan kolaborasi di antara semua pihak," kata Juda

ADVERTISEMENT

Untuk itu, Juda membeberkan tahun ini pihaknya akan berfokus pada 4 program utama. Pertama, penguatan industri syariah melalui sektor unggulan pengembangan sektor halal yang difokuskan pada makanan dan minuman halal serta pakaian muslim (modest fashion).

Dari sisi halal food, penguatan ekosistem industri halal akan ditempuh dengan peningkatan dukungan jaminan produk halal dan ekosistem ekspor halal. Sedangkan untuk modest fashion, promosi dan penguatan branding penyelenggaraan Indonesia International Modest Fashion Festival (IN2MF) akan berfokus pada rekognisi brand yang mengusung produk Ready To Wear wastra dengan segmen high end dan premium.

Kedua, lanjut Juda, akselerasi keuangan dan komersial syariah pengembangan pasar uang syariah, khususnya instrumen sukuk Indonesia, SukBI dan SuVBI akan terus dilanjutkan di tahun 2024 ini.

Program kedua, kata Juda, adalah akselerasi keuangan sosial dan komersial syariah. Akselerasi akan dilakukan dengan pengembangan pasar keuangan syariah, khususnya melalui instrumen sukuk BI dan Sukuk Valuta Asing BI. Selain itu, dia mengatakan BI juga akan mengembangkan blended finance komersial dan sosial seperti Cash Waqf Linked Sukuk Ritel (CWSL). CWSL adalah cara baru bagi masyarakat untuk berwakaf uang dan investasi sosial.

Dia mengatakan untuk mendukung hal tersebut, BI bersama Otoritas Jasa Keuangan dan pemerintah akan menyiapkan bank syariah sebgai pihak yang mengelola uang wakaf alias nazhir.

"Kami juga akan bersinergi dengan pemerintah, OJK dan industri untuk menyiapkan bank syariah sebagai nazhir," kata dia.

Juda melanjutkan program ketiga adalah optimalisasi digitalisasi keuangan syariah. Program ini, kata dia, dilakukan dengan cara penguatan platform pengecekan produk halal yang terintegrasi dengan Sistem Informasi Halal (SIHALAL). Selain itu, BI juga akan mendorong digitalisasi keuangan sosial syariah yang terintegrasi melalui platform Satu Wakaf Indonesia.

Program keempat, kata Juda, adalah dengan peningkatan literasi dan perluasan jangkauan edukasi ekonomi syariah. Program akan dijalankan dengan menyelenggarakan festival ekonomi syariah di 3 wilayah Indonesia.

Untuk mengukuhkan posisi Indonesia sebagai pusat industri halal dunia. Juda mengharapkan dukungan masyarakat Indonesia terhadap chairmanship Bank Indonesia dalam International Islamic Liquidity Management Corporation (IILM) dan Islamic Financial Services Board (IFSB).

"Di tahun ini, kami perkirakan EkSyar akan tumbuh sebesar 4,7-5,5 persen, dengan dukungan dari pembiayaan perbankan syariah yang diperkirakan terus tumbuh pada kisaran 10-12 persen," tutup Juda pada kesempatan tersebut.

(akn/ega)

Hide Ads