Keliling Kalimantan Pakai Kapal Perang, BI Bawa Rp 1,8 M ke Pulau Bunyu

Keliling Kalimantan Pakai Kapal Perang, BI Bawa Rp 1,8 M ke Pulau Bunyu

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Rabu, 28 Feb 2024 20:52 WIB
Bank Indonesia di Pulau Bunyu, Edisi Rupiah Berdaulat
Foto: Shafira Cendra Arini/detikcom
Pulau Bunyu -

Tim Bank Indonesia (BI) melalui program Ekspedisi Rupiah Berdaulat (ERB) mengunjungi Pulau Bunyu, Kalimantan Utara. Dalam kegiatan ini, tim membawa uang baru senilai Rp 1,8 miliar yang siap melayani masyarakat dalam pos penukaran uang.

Pulau Bunyu menjadi lokasi terakhir dari rangkaian perjalanan Tim ERB. Dari Pulau Sebatik, lokasi pertamanya, tim berlayar dengan menggunakan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) dr. Soeharso-990 menuju ke Pulau Derawan, lalu ke Pulau Maratua, hingga Kampung Talisayan. Dari Talisayan, perjalanan ini ditempuh dalam waktu sekitar 16 jam menuju Pulau Bunyu.

Dalam pelaksanaan ERB di lokasi ini, dilaksanakan layanan penukaran rupiah, sosialisasi dan Edukasi Cinta Rupiah Bangga Rupiah Paham Rupiah (CBP), hingga pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis. Sejumlah warga pun antusias mengikuti sosialisasi yang dilaksanakan, termasuk di antaranya Imelda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bank Indonesia di Pulau Bunyu, Edisi Rupiah BerdaulatBank Indonesia gelar Ekspedisi Rupiah Berdaulat di Pulau Bunyu, Kalimantan Utara Foto: Shafira Cendra Arini/detikcom

Di kesempatan itu, Imelda menanyakan terkait dengan uang rupiah palsu. Ia pun bercerita, pada awal 2023 lalu salah seorang warga mendapatkan uang Rp 100 ribu palsu. Hal ini ketauan ketika orang tersebut mau bertransaksi di warung.

"Waktu itu ada uang dua lembar Rp 100 ribu, ada warga disini. Dibilang tukang warung ini, ini palsu gitu," ujar Imelda, di Kantor Kecamatan Bunyu, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, Rabu (28/2/2024).

ADVERTISEMENT

Oleh karena itu, ia mencoba menanyakan hal ini dalam sesi sosialisasi bersama Tim ERB. Ia berharap supaya dapat kejelasan apabila warga kembali menghadapi situasi serupa yaitu menemukan uang palsu.

"Tadi maksudku tanya supaya kita tahu kalau menemukan ini uang palsu harus bagaimana. Ternyata harus lapor ke bank terdekat," ujarnya.

Bank Indonesia di Pulau Bunyu, Edisi Rupiah BerdaulatBank Indonesia gelar Ekspedisi Rupiah Berdaulat di Pulau Bunyu, Kalimantan Utara Foto: Shafira Cendra Arini/detikcom

Menurut Imelda, sejauh ini pengetahuan masyarakat Bunyu terkait rupiah sudah cukup baik. Namun memang ada keterbatasan untuk masyarakat yang telah berusia renta, khususnya dalam membedakan mana uang asli dan palsu.

Selain sosialisasi, masyarakat juga cukup antusias dalam menyambut layanan penukaran rupiah. Kebutuhannya pun beragam, mulai dari menukar uang lusuh menjadi baru hingga menukar uang kertas nominal besar menjadi pecahan yang lebih kecil.

"Senang sekali bisa tukar uang. Jadi mulus lagi," kata Yuliana, ditemui usai penukaran uang, di Pasar Bunyu.

Yuliana menukarkan uang sekitar Rp 3 jutaan untuk keperluan toko kue bibinya. Biasanya, ia menukarkan uang menjadi recehan ke Bank Mandiri. Namun, bank sendiri juga kerap kehabisan stok recehan, utamanya pecahan Rp 1 ribu dan Rp 2 ribu.

"Tukar di bank juga bisa. Cuma kadang habis pecahannya, banyak yang suka tukar juga," ujarnya.

Bank Indonesia di Pulau Bunyu, Edisi Rupiah BerdaulatBank Indonesia gelar Ekspedisi Rupiah Berdaulat di Pulau Bunyu, Kalimantan Utara Foto: Shafira Cendra Arini/detikcom

Program ERB merupakan buah kerja sama BI dengan TNI Angkatan Laut (AL) dari sejak 2012. Untuk pembukaan tahun 2024 ini, ekspedisi pertama digelar dengan menggunakan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) dr. Soeharso-990 dari tanggal 24-28 Februari 2024.

Pelaksanaan ERB 2024 kali ini akan mengunjungi empat pulau dan satu desa di Kalimantan Utara dan Timur, dengan membawa total uang Rp 8 miliar. Di hari pertama, kapal berlayar dari Tarakan, Kalimantan Utara, menuju ke lokasi pertamanya yaitu Pulau Sebatik.

Bank Indonesia di Pulau Bunyu, Edisi Rupiah BerdaulatBank Indonesia gelar Ekspedisi Rupiah Berdaulat di Pulau Bunyu, Kalimantan Utara Foto: Shafira Cendra Arini/detikcom

(shc/hns)

Hide Ads