Modus Penipuan Atas Nama Bank Masih Marak, Nasabah Wajib Waspada!

Modus Penipuan Atas Nama Bank Masih Marak, Nasabah Wajib Waspada!

Retno Ayuningrum - detikFinance
Selasa, 19 Mar 2024 15:20 WIB
Hacker in hoodie dark theme Hacker in a blue hoody standing in front of a coding background with binary streams and information security terms cybersecurity concept
Ilustrasi penipuan - Foto: Getty Images/sarayut Thaneerat
Jakarta -

Modus penipuan mengatasnamakan bank makin beragam. Hal ini tentunya, Maybank Indonesia Tbk (Maybank Indonesia) melakukan sejumlah upaya untuk memperkuat perlindungan keamanan dan privasi nasabahnya pada digital platform.

Chief Digital Officer Maybank Indonesia Charles Budiman mengatakan pesatnya perkembangan teknologi digital memberikan dampak dari sisi keamanan. Pengembangan bisnis digital dan penerapan teknologi digital perbankan di Maybank Indonesia berkaitan erat dengan keamanan siber.

"Oleh karena itu, kami melakukan upaya yang terus-menerus untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan nasabah dalam bertransaksi melalui M2U ID App dengan Secure2u dan One Device Binding," tutur Charles dalam keterangan persnya, hari ini (18/3/2024) di Jakarta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Charles menjelaskan, Secure2u dirancang agar transaksi baik finansial maupun non-finansial melalui M2U ID App menjadi lebih aman, nyaman dan praktis. Pengguna harus mengatur passcode kuat yang terdiri dari 5-8 digit PIN.

Selain itu, penggunaan Secure2u sebagai metode otentikasi transaksi finansial dan non-finansial adalah wajib bagi seluruh pengguna M2U ID App.

ADVERTISEMENT

Tak cukup sampai di situ, pihaknya juga menerapkan One Device Binding untuk meningkatkan perlindungan keamanan nasabah pada digital platform M2U ID App.

"Dalam meminimalisasi potensi dan berupaya mengurangi risiko account takeover oleh fraudster, pihak yang tidak bertanggung jawab, maupun tindak kejahatan lainnya, kami menerapkan One Device Binding pada M2U ID App," kata Charles.

Dari sisi Bank, Charles mengingatkan nasabah perlu menyadari adanya ancaman serangan social engineering yang sering terjadi saat lengah. Contohnya, phising di mana pelaku menghubungi nasabah dengan mengaku sebagai staf perbankan yang menginformasikan telah terjadi transaksi yang terindikasi bukan transaksi sesungguhnya dari nasabah.

"Selanjutnya, untuk konfirmasi pembatalan transaksi tersebut, nasabah diminta untuk mengisi beberapa data informasi rahasia seperti user ID, password dan PIN dengan mengklik tautan website palsu yang dikirimkan oleh pelaku melalui email, sms maupun instant messaging seperti; Whatsapp, yang memiliki alamat dan tampilan menyerupai situs resmi," jelasnya

Setelah nasabah mengisi semua data yang diminta pada tampilan website palsu, pelaku mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk mengakses rekening dan kemudian menguras isi tabungan nasabah. Belakangan ini juga kembali marak penipuan dengan modus berpura-pura menjadi kurir ataupun petugas layanan lainnya meminta kepada calon korbannya untuk mengunduh file aplikasi malware melalui pesan WhatsApp.

"Oleh karena itu, jangan lengah dan nasabah harus selalu waspada dan jika ingin mengunduh aplikasi harus memastikan melalui Playstore atau Appstore," tegas Charles.

Charles pun mengimbau agar nasabah tidak memberikan informasi pribadi seperti user ID, password, PIN, dan CVV/CVC (3 digit angka dibelakang kartu debit/kredit) kepada pihak manapun. Dia bilang untuk selalu waspada dan tidak terpengaruh jika menerima telepon, SMS atau pesan WhatsApp yang mengaku sebagai pihak lain yang menanyakan user ID, password, PIN, dan CVV/CVC.

"Selalu berhati-hati terhadap email dan pesan WhatsApp yang masuk dengan menyertakan tautan yang tidak jelas siapa pengirimnya maupun file aplikasi yang berpotensi menjadi celah keamanan," imbuhnya.

(kil/kil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads