Pemilik usaha perhiasan ramah lingkungan bermerek Hexagon, Zara Tenriabeng memutar otaknya untuk mengingat-ingat adanya turis asing yang membeli produknya dengan menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) Bank Rakyat Indonesia (BRI) saat pameran BRILianpreneur 2023. Akhirnya dia mengingatnya bahwa turis tersebut berasal dari Jepang.
"Kalau ada yang pakai QRIS saya perhatikan lebih ke turis Jepang. Waktu (pameran) BRILianpreneur 2023 beberapa dari mereka sudah mau pakai QRIS," ujar Zara saat ditemui detikFinance di tempat usahanya, di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Menurut Zara, turis dari Jepang yang bertransaksi QRIS tersebut membeli anting. Mayoritas pembeli produk-produk Zara tersebut membeli anting pada kisaran harga Rp 235 ribu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembeli produk Zara bukan hanya turis Jepang. Ada juga turis dari negara lain seperti Inggris, Australia, dan Venezuela. Turis Inggris dan Australia membeli produk Zara dengan menggunakan uang tunai, sementara turis Venezuela membeli dengan membayar menggunakan kartu kredit.
![]() |
Turis-turis asing yang membeli produk Zara umumnya istri-istri yang suaminya bekerja di kedutaan besar (kedubes) di Indonesia. Mereka memiliki perkumpulan yang ketika acara kerap mengundang Zara. Zara pun menjajakan barang dagangannya dalam pertemuan tersebut.
Dalam setiap menjual produknya di pameran-pameran, Zara selalu membawa QRIS BRI. Dia hanya memiliki QRIS BRI karena saat pameran BRILianpreneur 2022 ditawari produk teknologi transaksi digital praktis tersebut oleh BRI. Pembeli yang tidak membawa uang tunai meminati membeli produk Zara dengan QRIS. Saat pameran BRILianpreneur 2023 pada 7-10 Desember 2023 lalu, transaksi QRIS Zara mencapai sekitar 4 juta per hari.
Bisnis Hexagon
Zara memulai membuka usaha Hexagon pada tahun 2014. Ketika itu dia baru saja berhenti dari sebuah perusahaan dan memiliki modal Rp 10 juta dengan omzet Rp 3-4 juta. Kini dia meraup omzet Rp 16 juta per bulan. Awalnya dia menjual clutch dari kayu dan lama-lama kelamaan bisnisnya berkembang ke perhiasan dari bahan daur ulang seperti make up kedaluwarsa.
Ya perempuan kelahiran 7 September 1981 ini memakai make up-nya yang sudah kedaluwarsa untuk membuat perhiasan seperti anting, gelang, dan kalung. Perhiasan tersebut terbuat dari polymer clay atau tanah liat yang mengandung plastik lalu dicampur misalnya dari make up kedaluwarsa dan dibakar dengan dimasukkan ke dalam oven. Zara memproduksi 40-50 perhiasan selama dua hari.
![]() |
Zara seorang diri dalam membuat produknya alias tidak memiliki karyawan. Pembeli perhiasan Zara dari kisaran umur 25 hingga 80 tahun. Harga perhiasannya pun dari rentang harga Rp 170 ribu hingga Rp 1 Juta. Perhiasan tersebut pernah diekspor ke Milan dan Australia. Zara juga rajin mengikuti pameran-pameran seperti BRILianpreneur 2021, Brilianpreneur 2022, dan Brilianpreneur 2023.
Penghargaan hasil kerja kerasnya yakni Finalis Lomba Perancang Aksesori Femina tahun 2014. Karyanya telah dibeli seperti perancang busana Ivan Gunawan yang membeli clutch-nya, dan artis Maudy Kusnaedi, serta Moza Pramita.
(nwy/hns)