OJK Pede Sektor Keuangan RI Tahan Dampak Perang Iran Vs Israel

OJK Pede Sektor Keuangan RI Tahan Dampak Perang Iran Vs Israel

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 17 Apr 2024 20:00 WIB
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyampaikan paparan pada pertemuan The 4th Indonesia Fintech Summit yang diprakarasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), BI, AFTECH, dan AFPI di Bali, Kamis (10/11/2022). OJK bersama pemerintah dan pelaku industri finansial teknologi berkomitmen terus mendukung peran industri fintech dalam mempromosikan pertumbuhan ekonomi nasional dan mendukung stabilitas keuangan nasional serta memberikan perlindungan optimal kepada masyarakat pengguna layanan fintech serta ekosistemnya. ANTARA FOTO/HO/Humas OJK/wpa/tom.
Foto: ANTARA FOTO/HUMAS OJK
Jakarta -

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengungkap dampak memanasnya kondisi geopolitik antara Iran dan Israel, resiliensi sektor keuangan dinilai masih cukup kuat.

Menurutnya, dampak dari konflik di Timur Tengah tak akan menjalar ke sektor keuangan. Utamanya karena kepemilikan instrumen investasi dari wilayah Timur Tengah tak besar.

"Apa yang kami lihat dalam sektor jasa keuangan menyeluruh dari segi exposure ke surat berharga, saham, kepemilikan investor yang langsung berkaitan dengan Timur Tengah praktis bisa dikatakan sangat kecil," ungkap Mahendra di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (17/4/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Datanya, sampai dengan Februari 2024, eksposur Lembaga Jasa Keuangan (LJK) secara Langsung terhadap Kawasan Timur Tengah relatif terbatas. Surat berharga dengan penerbit dari Timur Tengah yang dimiliki perbankan domestik hanya sebesar Rp 1,3 triliun atau 0,06% dari total surat berharga yang dimiliki perbankan, sementara asuransi dan perusahaan pembiayaan tidak memiliki surat berharga dengan penerbit dari Timur Tengah.

Sementara itu di pasar saham, nilai kepemilikan saham investor dari Timur Tengah tercatat sebesar Rp 65,73 triliun atau sekitar 2% dari total nilai kepemilikan saham investor non-residen. Kepemilikan LJK oleh investor di Timur Tengah tercatat hanya di perbankan dengan asset share sebesar 0,1% dari total aset perbankan.

ADVERTISEMENT

"Lalu, kalau dilihat saat ini dari posisi devisa neto perbankan, dari segi loan to deficit ratio untuk valas maupun eksposur yang disampaikan secara menyeluruh terkendali dan resilien, tapi tentu harus dicermati berbagai skenario yang seksama, kita juga lihat secara individu di lembaga-lembaga keuangan," ungkap Mahendra.

Pihaknya sendiri masih mengamati perkembangan yang terjadi di sektor keuangan global. Termasuk menyiapkan skenario antisipatif untuk setiap risiko yang mungkin terjadi.

"Bahwa kedua ada perkembangan lain dan skenario apakah ini akan tereskalasi dan sebagainya ini juga akan dipantau dan lihat dari risiko-risiko tadi," pungkas Mahendra.

(hal/rrd)

Hide Ads