Sistem perbankan di China disebut sedang menghadapi persoalan. Sebanyak 40 bank di Negeri Tirai Bambu dikabarkan bangkrut dalam sebulan. Ada apa?
Dilansir Asia Sentinel, Kamis (25/7/2024), 40 bank yang bangkrut dikabarkan melakukan merger dengan bank yang lebih besar pada pekan ketiga Juli 2024. Situasi itu terjadi di tengah meningkatnya sorotan imbas kepailitan Jiangxi Bank of China. Nasabah bahkan mendatangi kantor bank dan menggedor-gedor pintu karena kabar pailit.
Sekitar 3.800 bank diduga mengalami kesulitan di berbagai tingkatan. Menurut sumber, 3.800 bank yang bermasalah disebut memiliki total aset US$ 7,5 triliun atau 121,9 kuadriliun (kurs Rp 16.262) yang merupakan 13% dari total aset perbankan China.
Meskipun jumlahnya fantastis, sebagian besar bank yang bermasalah disebut memberi pinjaman dalam jumlah kecil. Namun, karena kesalahan pengelolaan, berbagai bank mengalami banyak kredit macet. Rasio kredit macet disebut mencapai hampir 40%.
Bank Sentral China (PBOC) melaporkan bahwa risiko kebangkrutan hanya melanda sebagian lembaga keuangan kecil dan menengah yang beroperasi di wilayah pedesaan. Bank-bank besar dilaporkan PBOC masih menerima peringkat yang baik, sistem perekonomian China disebut masih stabil.
Berbagai bank kecil itu telah menggunakan perusahaan manajemen aset untuk 'menghapus kredit macet', tapi Badan Regulasi Keuangan Nasional China (NFRA) dikabarkan mulai menyasar bank tersebut dengan mengenakan denda dan meningkatkan pengawasan. China tengah dilanda kebangkrutan berbagai perusahaan properti besar, pasar saham juga sedang melemah.
Sektor Properti Runtuh
Kabar kebangkrutan berbagai bank di China pun ditanggapi sejumlah pihak, salah satunya Chief Investment Officer Hayman Capital, Kyle Bass. Ia menuding sistem perbankan China sedang runtuh karena lebih dari sepertiga aset yang berada di sistem perbankan dipinjamkan ke sektor properti China dan Hong Kong.
Sementara seorang bankir asal China yang tidak ingin diungkap identitasnya, turut membenarkan sektor perbankan negaranya sedang berada dalam kekacauan. "Sektor ini berada dalam kekacauan dan laporan berita benar adanya," ungkapnya.
Surat kabar asal Taiwan, The Liberty Times menegaskan setidaknya 3.000 bank di China secara teknis sudah bangkrut. Mayoritas bank yang bangkrut adalah bank-bank pertanian kecil. Penyebab utama banyak bank di China bangkrut diduga kejatuhan sektor properti China.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 27 bank lokal hingga akhir 2023, kredit macet di sektor real estate China tumbuh hampir 30% dibandingkan 2022. Laporan itu menjelaskan bahwa berbagai bank di China mengalami tekanan parah sejak runtuhnya perusahaan real estate besar seperti Evergrande, Country Garden, Sino Ocean Group, SOHO China. Evergrande saja terkoneksi dengan hampir 180 bank.
Menanggapi krisis properti, pemerintah China telah menempuh beberapa langkah. Bagi pembeli, ambang batas uang muka diturunkan termasuk suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Suku bunga untuk jutaan pemilik rumah juga dipotong.
Namun, berbagai intervensi yang dilakukan dinilai belum cukup. Para analis memperingatkan bahwa meningkatnya jumlah kredit macet di berbagai bank bisa menjadi bom waktu yang menghasilkan konsekuensi parah.
Simak Video "Video: Kepanikan Warga Rongjiang China saat Banjir Besar Melanda"
(ara/ara)