Bunga Kredit Masih Mahal Meski BI Rate Turun, Apa Sebabnya?

Bunga Kredit Masih Mahal Meski BI Rate Turun, Apa Sebabnya?

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Selasa, 24 Sep 2024 16:41 WIB
Daftar Suku Bunga Dasar Kredit 10 Bank RI
Ilustrasi - Foto: Tim Infografis/Mindra Purnomo
Jakarta -

Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6%. Namun, BI mencatat suku bunga kredit bank masih tinggi yaitu di kisaran 9% atau pada level 9,21%.

Pengamat ekonomi sekaligus Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah mengatakan penurunan suku bunga acuan BI tidak serta merta diikuti oleh penurunan suku bunga kredit bank. Dia mengatakan, biasanya ada jeda waktu sampai suku bunga kredit turun.

Terangnya, penurunan suku bunga acuan BI biasanya diikuti oleh suku bunga jangka pendek. Setelah itu, diikuti oleh penurunan suku bunga deposito. Kemudian, suku bunga kredit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi ada rangkaian yang pasti membutuhkan waktu, sehingga nanti setelah suku bunga acuan turun, barulah suku bunga kredit turun," katanya kepada detikcom, Selasa (24/9/2024).

Selanjutnya Piter menjelaskan suku bunga adalah harga dari likuiditas. Menurutnya, jika likuiditas masih ketat maka harga likuiditas masih tetap akan mahal kendati suku bunga acuan diturunkan.

ADVERTISEMENT

"Artinya suku bunga kredit ya tetap akan mahal, tetap akan tinggi, tidak akan serta-merta turun," ungkapnya.

Dia mengatakan, likuiditas ketat karena BI melakukan operasi moneter yang sifatnya kontraktif yakni menarik likuiditas dari perekonomian. Operasi moneter tersebut seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

"Jadi apa yang disampaikan tadi ya relevan banget, itu memang menggambarkan bahwa suku bunga kredit belum akan serta-merta turun, yang artinya penurunan suku bunga acuan itu tidak akan juga segera berdampak ke perekonomian, perekonomian tidak akan langsung merespons dengan misalnya kenaikan pertumbuhan ekonomi dan sebagainya," terang Piter.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menerangkan, tingginya bunga SRBI membuat bank menurunkan suku bunga kreditnya. Sebab, SRBI menawarkan imbal hasil yang lebih menarik.

Oleh sebab itu, ia menilai, BI perlu mempercepat penurunan bunga SRBI sehingga bank bisa lebih cepat menurunkan bunga kredit.

"Kendala tingginya bunga SRBI juga membuat bank lebih cenderung menahan penurunan bunga kreditnya. Investor maupun deposan memilih parkir di SRBI karena imbal hasil yang menarik dibanding deposito perbankan. Jadi BI juga perlu percepat penurunan bunga SRBI sehingga persaingan dana dengan perbankan lebih reda, sehingga bank bisa cepat transmisi ke penurunan bunga kredit," jelas dia.

Mengutip laporan Analisis Perkembangan Uang Beredar (M2) Bank Indonesia (BI) periode Agustus 2024, suku bunga kredit tercatat 9,21%. Angka ini memang mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 9,23%.

Sementara itu untuk suku bunga simpanan berjangka periode Agustus 204 untuk tenor 1 bulan tercatat 4,76% naik dibandingkan periode Juli 2024 yang sebesar 4,75%.

Kemudian tenor 3 bulan tercatat 5,47% naik dibandingkan Juli 2024 sebesar 5,41%. Kemudian tenor 6 bulan tercatat 5,46% naik dibandingkan Juli 5,44% dan tenor 12 bulan 5,93% naik dari periode Juli sebesar 5,87%.

Lalu simpanan berjangka tenor 24 bulan per Agustus tercatat 4,29% menurun dibandingkan periode Juli 2024 sebesar 4,39%.

Simak juga Video: Jaga Stabilitas, BI Tahan Suku Bunga

[Gambas:Video 20detik]




(acd/kil)

Hide Ads