Bos BNI Wanti-wanti Efek VUCA Usai Era Bunga Tinggi Berakhir, Apa Itu?

Bos BNI Wanti-wanti Efek VUCA Usai Era Bunga Tinggi Berakhir, Apa Itu?

Anisa Indraini - detikFinance
Selasa, 08 Okt 2024 10:20 WIB
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar/Foto: Tangkapan Layar
Jakarta -

Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI, Royke Tumilaar menyatakan pandemi COVID-19 dan era suku bunga tinggi telah berakhir. Meski begitu, ia mengingatkan perekonomian global ke depan masih akan dihadapi situasi VUCA (volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity).

Singkatan itu menggambarkan kondisi dunia yang saat ini tengah dirasakan, di mana terjadi perubahan yang sangat cepat, sulit diprediksi, dipengaruhi banyak faktor dan realitas menjadi sangat subjektif.

"Walaupun pandemi dan era suku bunga tinggi telah berakhir, perekonomian global masih dihadapi dengan situasi VUCA atau volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity," kata Royke dalam acara BNI Investor Daily Summit di Jakarta Convention Center (JCC), Selasa (8/10/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Royke memperkirakan risiko geopolitik masih tetap tinggi. Terlebih Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (World Bank) memperkirakan rata-rata pertumbuhan ekonomi global lebih rendah dibandingkan periode sebelum pandemi COVID-19.

"Di saat yang sama, dunia harus beradaptasi dengan megatren seperti digitalisasi, perubahan iklim, tantangan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Di tengah isu tersebut, menurut Royke, Indonesia memiliki fondasi ekonomi yang kuat didukung stabilitas politik yang baik. Meskipun apa yang dicapai saat ini belum cukup untuk membawa Indonesia Emas 2045.

"Di 2024 Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua di antara negara-negara G20 setelah India, disiplin fiskal masih terjaga refleksi dari utang pemerintah terhadap PDB yang mencapai 39,4% lebih rendah dibandingkan rata-rata negara berkembang lainnya. Lebih lanjut efektivitas kebijakan moneter dan koordinasi kebijakan dapat terlihat dari stabilitas makro yang membaik memasuki semester kedua," bebernya.

Royke menyebut masih ada tantangan struktural di jangka menengah yang harus dihadapi seperti penciptaan nilai tambah di sektor ekonomi berbasis kolektif, reformasi pendidikan, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), optimalisasi peran industri manufaktur, serta penciptaan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

"BNI akan selalu proaktif memanfaatkan momentum pertumbuhan ekonomi yang positif di tahun ini dan kami akan mengoptimalkan BNI Investor Daily Summit 2024 ini untuk memaparkan peran BNI di tengah isu-isu strategis yang dihadapi Indonesia, serta mendukung sejumlah program pemerintah dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," pungkasnya.

(aid/ara)

Hide Ads