Gagap teknologi alias gaptek dan tak punya dasar ilmu perbankan. Dua 'kelemahan' itu tak membuat Abdussalam urung menjadi agen bank nirkantor.
Berbekal keberanian dan kemauan untuk belajar secara mandiri, kini Abdussalam telah 10 tahun menjadi agen BRILink. Cabang gerainya pun sudah banyak.
Salam, begitu sapaan akrabnya, mengakui awalnya dia sempat ragu. Bukan karena tidak mahir, melainkan karena modal dan masalah amanah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada waktu itu saya memang gaptek, karena dunia saya perikanan," tutur Salam ditemui detikcom di gerai BRILink pertamanya, di kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (22/11/2024).
Sebelum menjadi agen, Salam punya beberapa usaha. Mulai dari konter pulsa, rental PlayStation, hingga berjualan ikan. Sempat juga dia bekerja di hotel, hanya hitungan bulan. Sebagian usahanya tumbang, sebagian bertahan sampai sekarang.
Bahkan di gerai pertamanya ini, masih terpasang daftar harga pulsa dan paket data. Lalu bagaimana mulanya dia terjun ke dunia perbankan sebagai agen?
Saat itu 2014, Salam dimintai tolong tetangganya untuk mentransfer uang ke istri di kampung. Si tetangga kelewat sibuk, tak sempat pergi ke bank sendiri.
Salam yang kemudian pergi ke bank untuknya. Kala itu, cabang terdekatnya di Kebagusan. Tiga jam Salam mengantri. Beberapa kali membantu pengiriman uang, Salam mulai merasa caranya kurang efisien.
"Waktu itu antrenya lama, dari pukul 12.00 sampai pukul 15.00. Kita pun berinisiatif mencari cara, karena terlalu lama cuma nolongin orang, tiga jam saya ngantri," ujarnya.
Salam pun mendaftar di cabang Kebagusan. Bukan sebagai agen, melainkan nasabah biasa. Setelah punya rekening sendiri, Salam lebih mudah membantu transferan orang-orang di sekitarnya. Melihat setoran dan transaksi Salam yang begitu rutin, pihak bank pun menawarinya jadi agen BRILink. Salam mengaku tak langsung menerima.
"Pada waktu itu saya masih ragu-ragu karena nggak punya modal banyak. Kita takut, kalau uang kenapa-kenapa. Jadi bukan masalah kemahiran. Mahir bisa cepat. Tapi masalah keberanian. Modal nggak banyak jadi takut," ceritanya.
Namun, setelah berdiskusi dengan sang istri, Salam mulai menghimpun modal. Sedikit demi sedikit terkumpul dari konter pulsanya. Itu pun cukup berat karena usaha konter pulsa tak seramai sebelumnya.
Merintis sebagai agen BRILink, Salam mulai menawarkan jasanya kepada masyarakat sekitar tempat tinggalnya di Lenteng Agung. Belum ada yang percaya.
"Pak, kalau misalkan nggak sempat transfer ke bank, di sini aja transfernya," kata Salam mengulangi ucapannya waktu itu.
"Ah, yang bener, Bang? Nyampe, nggak? Nyampenya kapan?" balas calon customer, direka ulang oleh Salam.
"Nyampe, nyampe! Hari ini nyampe!" timpal Salam meyakinkan.
Ialah para pekerja proyek aspal yang pertama kali memanfaatkan jasa Salam. Saat satu pekerja proyek berhasil mengirimkan uang dan sampai hari itu juga, dia menyebarkan ke rekan-rekan kerjanya. Mereka pun berbondong-bondong menggunakan jasa Salam, baik untuk menarik gaji maupun mengirim uang ke keluarga di kampung.
"Bahkan pada waktu gangguan, mereka berani menaruh uang di tempat saya. Nanti kirim aja kalau udah lancar, katanya. Kalau sudah limit, ya udah besok aja dikirim nggak apa-apa, yang penting uangnya dikirim," tutur bapak beranak tiga itu.
Butuh waktu hingga berbulan-bulan sampai dia terbiasa menggunakan internet banking, lalu mesin EDC. Salam mengaku sering kali bertanya ke call center karena tidak punya kenalan yang bisa ditanya-tanya. Dalam sehari, dia bisa menelepon sampai dua-tiga kali. Makan banyak pulsa sudah biasa.
"Jadi saya nggak paham dunia perbankan waktu itu. Saya hanya memberanikan diri. Kalaupun tanya ke bank, mereka juga belum tahu EDC gimana karena belum tren. Dulu masih gelap gulita," kenangnya.
Untungnya Salam tidak keburu ciut sebelum memulai. Berkat usahanya, kini Salam bisa membuka gerai BRILink hingga 7 cabang. Tersebar mulai dari Lenteng Agung, Pasar Minggu, Kebagusan, hingga Jagakarsa. Bahkan dalam waktu dekat, dia berencana membuka dua cabang lagi.
"Ya, saya mau nambah dua cabang. Pegawainya sudah siap, tinggal mulai saja sebenarnya bulan depan," papar Salam.
Gerai pertama BRILink milik Salam terbilang cukup ramai dikunjungi. Dalam sehari bisa melayani sekitar 60 transaksi. Paling ramai pada Sabtu malam dan Minggu malam. Sebagai agen BRILink dengan banyak cabang, Salam pun hafal karakteristik nasabah di masing-masing wilayah.
Gerai di gang-gang kecil paling sering melayani transaksi tarik tunai dan bansos. Sementara di gerai pertamanya yang terletak di tepi jalan besar itu, transaksinya kebanyakan berupa transfer atau top-up. Seperti yang dilakukan Rere Siregar, seorang perawat homecare yang kebetulan tengah menjaga pasien di daerah Lenteng Agung.
Berpakaian piyama warna-warni, Rere datang Jumat (22/11) untuk membayar token listrik rumahnya di Bogor. Dengan pakaian yang sama, Rere merasa kurang pas kalau datang ke bank langsung. Untungnya dia bisa bertransaksi dengan penampilan sesantai apa pun di gerai agen BRILink dekat rumah pasiennya.
"Baru dua kali ke sini, karena aku orang baru di sini. Ke sini karena dekat, pelayanannya cepat, nggak terlalu antre," aku Rere.
Sejauh ini, Rere mengaku baru memanfaatkan layanan untuk mengisi token listrik. Namun, melihat layanan yang tersedia, Rere juga berencana melakukan transfer juga.
"Baru transaksi buat token listrik saja. Besok-besok mau transaksi transfer karena gajiku belum aku ambil," lanjutnya.
(des/hns)