Penetrasi Masih Rendah, Pasar Asuransi RI Masih Potensial?

Penetrasi Masih Rendah, Pasar Asuransi RI Masih Potensial?

Andi Hidayat - detikFinance
Kamis, 16 Jan 2025 15:44 WIB
Ilustrasi Asuransi
Foto: Shutterstock
Jakarta -

Penetrasi pasar asuransi di Indonesia disebut berada dalam kondisi tertinggal dibandingkan negara-negara lain. Berdasarkan data 2023, pasar industri asuransi Malaysia lebih dulu tumbuh sekitar 4,8%, Singapura 11,4%, Australia 3,3%, Brasil 3,3%, Jepang 7,1%, dan Afrika Selatan 12,6%.

Meski begitu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut penetrasi dan densitas pasar asuransi di kuartal ketiga 2024 berangsur meningkat. Berdasarkan data OJK, tingkat densitas asuransi per September 2024 tercatat sebesar Rp 2.080.020 dengan penetrasi berada di kisaran 2,8%.

Angka tersebut meningkat jika dibandingkan dengan data pada akhir tahun 2023, di mana densitas asuransi sebesar Rp 1.940.000 dengan penetrasi sebesar 2,59%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyatakan, sektor asuransi jiwa pada akhir kuartal ketiga 2024 membukukan total pendapatan sebesar Rp 166,27 triliun atau naik 2,1% yoy. Pertumbuhan ini didorong oleh capaian positif dari total pendapatan premi yang bertambah 0,2% dengan total nilai mencapai Rp 132,27 triliun.

Presiden Direktur Sun Life Indonesia, Teck Seng Ho, menatap optimistis potensi pasar asuransi Indonesia. Hal itu didasarkan pada membaiknya ekonomi Indonesia seiring dengan pertumbuhan penetrasi pasar asuransi.

ADVERTISEMENT

"Kami targetkan pertumbuhan penjualan sebesar 100 persen atau mengalami peningkatan dobel dibanding tahun lalu," kata Teck Seng Ho dalam keterangan tertulisnya, Kamis (16/1/2025).

Adapun penjualan Sun Life Indonesia pada kuartal ketiga 2024 membukukan penjualan sebesar US$ 58,3 juta atau sekitar Rp 955,3 milar (asumsi kurs Rp 16.383) atau naik 41% dalam satu dekade terakhir.

"Peningkatan tersebut terjadi karena penetrasi pasar dan densitas asuransi di Indonesia yang kembali menggeliat belakangan ini," ungkapnya.

Presiden untuk Pasar yang Berkembang di Asia Sun Life Indonesia, Randy Lianggara menjelaskan, jumlah penduduk Indonesia yang besar menjadi salah satu pasar asuransi yang berkembang di Asia.

Karenanya, Sun Life akan melakukan penetrasi dengan berbagai saluran distribusi yang ada, seperti bancassurance yang menggandeng pelaku perbankan.

Untuk diketahui, Sun Life Indonesia mencatat Risk Based Capital (RBC) untuk asuransi konvensional sebesar 586% dan asuransi Syariah sebesar 256% pada kuartal ketiga 2024.

Sedangkan total aset tercatat sebesar Rp 19,7 triliun atau tumbuh 41% dari pendapatan premi selama satu dekade terakhir. Saat ini, Sun Life Indonesia melayani lebih dari 553.852 polis asuransi.

Sejalan dengan hal tersebut, Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, membidik pertumbuhan ekonomi RI di rentang 5,1% hingga 5,5% pada 2025. Sementara itu, Bank Dunia dalam World Bank East Asia and The Pacific Economic Update juga sempat memperkirakan ekonomi Indonesia potensial untuk tumbuh 5,1% pada 2025.

"Di antara negara-negara yang lebih besar, hanya Indonesia yang diperkirakan tumbuh di tahun 2024 dan 2025. Sementara pertumbuhan Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam diperkirakan di bawah tingkat tersebut," ungkap World Bank East Asia and Pacific Chief Economist Aaditya Mattoo, dalam keterangannya (8/10/2024) lalu.

Lihat juga video: Investasi & Asuransi: Pilar Penting dalam Perencanaan Keuangan

[Gambas:Video 20detik]



(rrd/rrd)

Hide Ads