Pemerintah berencana memperpanjang masa penempatan Devisa Hasil Ekspor (DHE) Sumber Daya Alam (SDA) dalam sistem keuangan Indonesia menjadi satu tahun dengan persentase retensi 100%. Sebelumnya kebijakan DHE dalam negeri hanya 30% dan 3 bulan.
Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini berpendapat kebijakan ini akan memberikan pengaruh positif terhadap likuiditas perbankan. Sebab dengan adanya aturan itu para eksportir akan menyimpan lebih banyak dolar dalam kurun waktu lebih lama.
"Terkait dengan DHE, kami juga menyambut positif dengan adanya kebijakan pemerintah di mana sebelumnya hanya 30% yang dipersyaratkan, ini menjadi 100% dengan jangka waktu 1 tahun. Ini akan memberikan dampak positif terhadap likuiditas perbankan," kata Novita dalam Konferensi Pers Paparan Kinerja BNI 2024 yang disiarkan secara daring, Rabu (22/1/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, ia memaparkan hingga Desember 2024 ini DHE yang tersimpan di BNI mencapai US% 1,3 miliar atau setara dengan 13% dari dana pihak ketiga (DPK) valas perbankan. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah berkat adanya kebijakan DHE tersebut.
"Sebagai update bahwa sampai dengan posisi Desember 2024 tahun lalu, DHE yang ada di BNI dikisaran US$ 1,3 miliar atau 13% DPK (dana pihak ketiga) valas BNI yang mana 70%-nya dalam bentuk giro," ucapnya.
Target Pertumbuhan Kredit BNI 2025
Novita mengatakan secara keseluruhan untuk 2025 ini BNI membidik pertumbuhan kredit sebesar 8-10%. Target pertumbuhan kredit ini menurutnya didukung oleh target pertumbuhan segmen korporasi dan konsumer perbankan sebesar 10-12%.
"Terkait dengan target pertumbuhan 2025 dan juga peluang kredit di segmen korporasi dan konsumer, ini dapat kami sampaikan bahwa secara besaran BNI akan mentargetkan tumbuh di tahun ini di kisaran 8-10%," katanya.
"Kemudian pertumbuhan di segmen korporasi itu di sekitar 10-12%. Sama halnya dengan di kredit konsumer, jadi dua-duanya memiliki target pertumbuhan yang sama," terang Novita lagi.
Lebih lanjut Novita mengatakan peluang pertumbuhan kredit di segmen korporasi BNI ini terlihat dari beberapa sektor yang memiliki prospek yang positif seperti sektor komunikasi, infrastruktur, dan perindustrian. Menurutnya ini juga sejalan dengan program pemerintah untuk pemerataan pembangunan, juga industri
Sementara di sektor konsumer, BNI memiliki tiga besaran yakni credit payroll dengan produk Kredit Flexi, kredit mortgage alias hipotek, dan joint financing dengan salah satu anak perusahaan BNI.
"Jadi peluang untuk tumbuh di segmen korporasi dengan tiga produk unggulan seperti yang saya sebutkan tadi masih cukup tinggi," terangnya.
Untuk diketahui, BNI telah berhasil mencatatkan kinerja penyaluran kredit sepanjang 2024 tumbuh 11,6% secara tahunan atau year on year (YoY) menjadi Rp 775,87 triliun dari Rp 695,09 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan kredit ini didukung oleh segmen korporasi yang naik 17,6% dan konsumer yang meningkat 14,5%. Perusahaan Anak juga mencatatkan pertumbuhan kredit signifikan sebesar 79,7% YoY dengan profitabilitas tetap terjaga.
Ekspansi kredit yang prudent diikuti dengan penguatan kualitas aset, tercermin dari Non-Performing Loan (NPL) yang turun menjadi 2%, serta Loan at Risk (LaR) dan Credit Cost masing-masing turun menjadi 10,3% dan 1,1%.
(rrd/rrd)