Bos LPS Sebut Perang Dagang Bikin RI Untung, Ini Alasannya

Bos LPS Sebut Perang Dagang Bikin RI Untung, Ini Alasannya

Aulia Damayanti - detikFinance
Rabu, 20 Agu 2025 12:07 WIB
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa dalam acara LPS Financial 2025 di Medan
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa - Foto: Dok. Tangkapan Layar
Jakarta -

Perang dagang global yang terjadi saat ini disebut menguntungkan Indonesia. Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menjelaskan, perang dagang yang dimaksud adalah kebijakan tarif yang dikeluarkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Menurutnya, tarif yang dikenakan AS untuk Indonesia sebesar 19% sangat kompetitif untuk bersaing dengan negara lain. Ia menyebutkan, alasanya karena lebih rendah dibandingkan beberapa negara, salah satunya Vietnam.

"Terus kalau kita lihat lagi juga perang dagang yang dibilang akan menghancurkan kita, sebetulnya menguntungkan habis-habisan. Kenapa? Setelah negosiasi, Vietnam kena 20% tarifnya, kita 19%, China dan lain-lain di atas kita semua. Padahal kita bersaingan dengan negara-negara tadi. Jadi untung kita, untung dikit dengan Vietnam, dengan yang lain lebih banyak untungnya," kata dia dalam LPS Financial Festival 2025, Rabu (20/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian, berkaitan dengan barang AS yang masuk ke Indonesia tidak akan dikenakan tarif impor, Indonesia juga disebut tidak akan rugi besar. Menurutnya barang-barang dari AS nggak akan bersaing dengan barang di dalam negeri.

ADVERTISEMENT

"Barangnya nggak bersaing, beda barangnya. Yang sana high tech, kita agak medium ke low tech. Jadi itu di sini juga nggak diproduksi yang high tech itu. Jadi kita malah untung dapat barang lebih murah, kalau mereka barangnya bisa lebih murah dari China ya. Jadi dari sisi global kita untung, sisi domestik juga sama sebetulnya," terangnya.

Untuk diketahui, pemerintah AS telah menetapkan tarif untuk barang RI ke Negeri Paman Sam sebesar 19%. Angka itu telah turun dari 32% setelah Presiden Prabowo Subianto melakukan negosiasi langsung dengan Trump.

Sementara negara-negara di ASEAN sebenarnya juga mendapatkan tarif yang sama dengan Indonesia, seperti Malaysia, Kamboja, Filipina dan Thailand. Beberapa negara dikenakan tarif lebih tinggi seperti Vietnam 20%, Laos 40%, dan Myanmar 40%.

Simak juga Video Yudhi Sadewa Sebut Jokowi Perkuat Peran LPS: Kita Disamakan OJK

(ada/kil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads