Bank Indonesia (BI) melaporkan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mencapai Rp 9.783 triliun pada Oktober 2025. Kendati angka ini menunjukkan pertumbuhan 7,7% secara tahunan (yoy), tetapi tercatat melambat dibanding periode September yang tumbuh 8% yoy.
Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan pertumbuhan M2 utamanya ditopang oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) yang naik 11% yoy, serta uang kuasi yang meningkat 5,5% yoy. Selain itu, perkembangan aktiva luar negeri juga menopang perkembangan M2 di Oktober 2025.
"Perkembangan M2 pada Oktober 2025 dipengaruhi oleh aktiva luar negeri bersih, penyaluran kredit, dan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus). Aktiva luar negeri bersih pada Oktober 2025 tumbuh sebesar 10,4% (yoy), melanjutkan pertumbuhan pada September 2025 sebesar 12,6% (yoy)," ungkap Ramdan dalam keterangan tertulis, Jumat (21/11/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara penyaluran kredit masih tercatat tumbuh sebesar 6,9%. Meski begitu, pertumbuhan ini tercatat melambat dibandingkan periode September 2025 yang tumbuh 7,2% yoy.
Sedangkan untuk tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat, pertumbuhannya juga melambat dibandingkan periode bulan sebelumnya. Hingga Oktober tercatat tumbuh 5,4% yoy, setelah sebelumnya tumbuh 6,5% yoy.
"Demikian pula tagihan bersih kepada Pempus tumbuh sebesar 5,4% (yoy), setelah pada September 2025 tumbuh sebesar 6,5% (yoy)," imbuhnya.
Kemudian untuk uang primer (M0) pada Oktober 2025 tumbuh 14,4% (yoy) dari 18,6% (yoy) di bulan sebelumnya. Dengan begitu, tercatat M0 sebesar Rp 2.117,6 triliun. Capaian ini turut ditopang oleh pertumbuhan giro perbankan umum di BI sebesar 27,1% dan uang kartal sebesar 13,4%.
Simak juga Video 'Bos BI soal Redenominasi Rupiah: Kami saat Ini Fokus Jaga Stabilitas':
(ara/ara)










































