BRI Danai Revitalisasi Industri Gula

BRI Danai Revitalisasi Industri Gula

- detikFinance
Kamis, 04 Okt 2007 14:29 WIB
Jakarta - Tiga BUMN melakukan kerjasama operasional (KSO) dalam rangka program revitalisasi industri gula di Indonesia guna meningkatkan kapasitas produksi gula nasional. Sebagai bentuk konkret dari KSO ini, PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) dan PT Perkebunan Nasional XIV menjalin sinergi dengan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) untuk perjanjian pemberian kredit revitalisasi pabrik gula.Penandatanganan perjanjian kredit ini untuk mendukung kebutuhan pendanaan dalam rangka revitalisasi 3 pabrik gula (PG) milik PTPN XIV yaitu PG Takalar, PG Camming dan PG Bone Perjanjian KSO tersebut ditandatangani oleh Direktur Utama BRI Sofyan Basir, Direktur Utama RNI Rama Prihandana dan Direktur Utama PTPN XIV Hendra Iskak, di Gedung BRI I, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (4/10/2007). Penandatanganan perjanjian kredit ini merupakan tahap I dari rencana pembiayaan dalam rangka KSO yakni untuk mendukung kebutuhan modal kerja sebesar Rp 306 miliar. "Selanjutnya akan dilakukan pembiayaan tahap II dalam bentuk penyediaan fasilitas kredit investasi pengadaan mesin dan peralatan pabrik dengan perkiraan biaya investasi Rp 150 miliar yang saat ini sedang dalam proses kajian akhir oleh konsultan independen," tutur Sofyan. Ditambahkannya bahwa kerjasama ini secara bersama dilakukan dalam rangka mendukung pelaksanaan program revitalisasi industri gula dalam rangka swasembada gula pada tahun 2009. Pencanangan program revitalisasi industri gula didasari oleh fakta bahwa kemampuan produksi gula nasional pada tahun 2006 baru mencapai 2,3 juta ton. Sementara kebutuhan nasional 3,3 juta ton sehingga masih perlu dilakukan impor gula untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Melihat hal ini, pemerintah menerapkan target jangka pendek dengan penambahan 1 juta ton sehingga pada 2009 mencapai 3,3 juta ton. Besaran dana yang dibutuhkan untuk program tersebut sekitar Rp 9,7 triliun. "Melihat prospek industri gula nasional menjanjikan ini menjadi peluang bagi BRI untuk berperan aktif dalam pembiayaan ini, hal ini sejalan dengan penunjukkan BRI sebagai bank koordinator pembiayaan revitaslisasi industri gula," jelas Sofyan. Pada kesempatan yang sama, Direktur Bisnis BRI Daryanto Sudargo mengatakan bahwa KSO yang dilakukan ini merupakan suatu pola kerjasama yang baru dilakukan. "Kredit diberikan kepada PTPN XIV, tapi tidak langsung, kita berikannya lewat RNI karena kalau lewat PTPN XIV, kita tidak boleh, dia masih punya kredit macet di Bank Mandiri yang belum direstrukturisasi. Jadi secara perbankan kita tidak boleh, untuk itu dibuat KSO antara Rajawali, PTPN XIV dan BRI, receiver kredit," tuturnya. Menurut Daryanto, pemberian kredit melalui RNI ini juga dikarenakan PTPN XIV kinerjanya menurun tetapi potensinya masih cukup besar. "Manajemen PTPN XIV rusak, tapi petani ada, perkebunan ada, pabrik sudah tua, jadi ada yang namanya tebu -4x potong ganti, sudah 12 tahun tidak ganti, produktivitas turun, efisiensi turun, rendemen turun, jadi tidak bisa untung, kredit tidak terbayar, untuk aktifkan tidak bisa langsung, kita bicara dengan RNI, dia sebagai receiver kredit, tapi jaminannya dengan PTPN XIV, ini pola baru, RNI gendong PTPN, RNI bankable," paparnya. Kredit tahap I modal kerja Rp 306 miliar, digunakan untuk menanam benih baru yang unggul. Tahap pertama meliputi 8 sampai 12 ribu Ha dengan komoditi tebu dari tiga pabrik gula. "Tahap kedua, investasi untuk revitalisasi pabrik gula, itu yang Rp 150 miliar, supaya dia bisa giling sempurna dan rendemen tinggi," ujarnya. (dnl/ir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads