Itulah sebabnya banyak orang yang telah mencoba belajar atau menggunakan jasa konsultan perencana keuangan tetap gagal berdisiplin dalam mengelola keuangan bulanan mereka, dan gagal mencapai tujuan keuangan.
Kunci dari menguasai keterampilan pengelolaan uang ini adalah kebiasaan baik mengelola uang yang seharusnya sudah dipelajari sejak kita masih kecil. Permasalahannya ketika kita kecil tidak banyak orang tua yang mengajarkan hal ini. Apalagi di zaman sekarang di mana banyak orang tua yang justru memanjakan anak-anak mereka dengan uang dan barang (mainan). Hal ini membahayakan bagi anak-anak tersebut ketika mereka dewasa nanti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
So, sebagai orang tua atau calon orang tua, apa dan bagaimana kita mengajarkan anak-anak tentang keuangan? Untuk tulisan kali ini kita fokus ke anak yang masih sekolah di tingkat Sekolah Dasar (SD).
1. Anak Belajar Dari Contoh
Anda boros tapi mengharapkan anak anda berhemat? Lupakan. Mengapa? Anak, terutama ketika masih kecil akan mencontoh apa yang dilakukan orang tuanya. Ketika anda boros, hobi belanja tanpa rasa bersalah dan mengajak anak anda belanja, maka anak akan memperhatikan. Ketika anda membawa kantong belanja setiap pulang ke rumah dan menemui anak anda, maka anak anda akan memperhatikan. Ketika anda berdebat dengan pasangan di akhir bulan tentang keuangan keluarga, maka anak anda juga akan memperhatikan.
Lakukan dan berikan contoh yang baik dan benar. Ketika anda ingin anak anda bisa menghemat dan menabung, maka anda pun harus memberikan contoh seperti itu (meskipun terkadang hanya di depan anak anda). Karena percuma anda memberi tahu anak anda apa yang harus dilakukan ketika anda sendiri tidak melakukan bahkan melanggarnya sendiri.
2. Gunakan Tempat Penyimpanan Uang Yang Bening (tembus pandang)
Ketika masih kecil dulu saya pernah diajarkan untuk menabung di celengan ayam dari tanah liat. Hal itu sebenarnya bagus, akan tetapi jangan lupa kebanyakan anak kecil lebih banyak menggunakan visual (mata) mereka. Maka menggunakan tempat penyimpanan uang yang tembus pandang dapat memberikan mereka motivasi lebih besar lagi.
Dulu ketika kita menabung di celengan kita tidak pernah tahu berapa banyak dan besar uang kita bertambah. Dengan menggunakan tempat yang tembus pandang, anak anda bisa melihat bagaimana uang mereka bertambah setiap mereka menabung. Sesekali diskusikan dengan anak anda tentang uang dan jumlahnya dan berapa besar lagi yang bisa mereka tambahkan.
3. Tunjukkan ke Mereka Bahwa Banyak Hal Membutuhkan Uang
Ketika anak anda ingin membeli sesuatu dari tabungan mereka, maka tunjukan bahwa banyak hal (termasuk barang yang ingin dibeli) membutuhkan uang. Jadi ketika anak anda merengek minta dibelikan mainan mobil-mobilan seharga Rp 50 ribu, maka anda berdua anak secara fisik lakukan aktivitas membuka celengan mereka, mengambil 5 lembar uang Rp 10 ribuan dan membawanya ke kasir toko mainan. Anak anda jauh lebih cepat paham dengan cara seperti ini dibandingkan mendengarkan penjelasan anda tentang uang.
Ingat contoh dan belajar bersama itu penting untuk dilakukan bersama-sama dengan anak. Akan tetapi sebelum anda memberikan contoh akan lebih baik bila anda sendiri sudah mengerti dan paham. Nah, anda sendiri berarti perlu belajar mengelola keuangan. Ke mana belajarnya? Terdapat beberapa workshop yang kami rekomendasikan.
Menyambut Ramadan ini maka tema workshopnya adalah Keuangan Syariah (hanya setahun sekali). Kelasnya adalah sebagai berikut: Perencana Keuangan Syariah 9-11 Juni Info di sini, Mengelola Keuangan Keluarga Islami 17 Juni info di sini, Berinvestasi pada produk keuangan Syariah 18 Juni, info di sini atau buka di www.IARFCIndonesia.com.
Sudah? Belum selesai. Di tulisan berikutnya akan kita bahas apalagi yang bisa anda ajarkan ke anak anda tentang uang, menabung dan berinvestasi agar kelak mereka bisa mengatur keuangan di saat mereka sudah dewasa nanti. (wdl/wdl)