Ternyata Butuh Strategi Meminimalkan Sifat Boros

Ternyata Butuh Strategi Meminimalkan Sifat Boros

Muhammad Kharisma - detikFinance
Rabu, 02 Nov 2016 06:42 WIB
Foto: Istimewa
Jakarta - Masih banyak orang yang saya temui dan kerap mengeluh karena merasa sulit melepaskan dirinya dari sifat boros. Meskipun sebenarnya sifat ini secara alamiah memang tidak dapat dilepaskan dari manusia, namun ternyata sebagian lainnya telah cukup sukses untuk mengerti bagaimana cara menyiasatinya. Strategi dalam mengelola keinginan untuk boros itulah yang akan saya coba bahas pada tulisan kali ini.

Tentu boros tidak sepenuhnya berkonotasi negatif. Pada situasi tertentu, boros juga bisa diasosiasikan pada hal-hal yang positif. Keputusan kitalah yang menentukan apakah boros yang hendak dilakukan akan diarahkan kepada hal yang baik atau buruk.

Saya tidak akan menjelaskan lagi untuk pengertian yang negatif karena memang kita sudah pasti tahu arahnya ke mana. Sedangkan boros untuk sesuatu yang positif dapat diartikan, bahwa kita tidak pernah hitung-hitungan untuk sesuatu hal yang dapat memperkaya nilai tambah diri kita sendiri ataupun menambah kekayaan yang kita miliki.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikarenakan untuk hal yang positif ini mayoritas orang justru biasanya enggan untuk boros, maka bahasan inti di sini akan lebih fokus kepada sifat boros yang secara umum didefinisikan.

Saya bisa katakan mayoritas orang saat ini kencenderungan borosnya adalah pada hal-hal yang bersifat negatif. Kenapa demikian? Simpel karena boros untuk hal inilah yang dapat menciptakan kebahagiaan, meskipun umumnya hanya berlangsung dalam jangka pendek. Berbelanja dan memenuhi kebutuhan untuk hiburan yang biasanya mendominasi di sini.

Pada dasarnya orang akan cenderung untuk boros karena merasa memiliki uang. Bisa ditebak, apabila keinginan untuk memboroskan uang yang dimiliki melebihi keinginan untuk menyiapkan kebutuhan di masa mendatang, otomatis uang yang diboroskan pun akan pergi untuk keperluan yang sifatnya konsumtif semata.

Bagi yang sekarang masih memiliki kebiasaan boros, pertama-tama yang dapat Anda lakukan adalah 'mengakali' penghasilan Anda. Anggaplah Anda hanya memiliki penghasilan 80% dari yang didapat sekarang karena 20% nya telah diperuntukkan sebagai keperluan yang produktif, di antaranya berderma (ZIS) dan berinvestasi.

Dengan demikian, setelahnya Anda bisa lega karena sudah boleh menghabiskan 80% penghasilan sisanya. Sebagian dari itu bisa digunakan untuk membayar cicilan utang apabila ada keperluan membeli aset tertentu serta untuk memenuhi kebutuhan rutin bulanan yang ada.

Anda dapat menggunakan rekening terpisah untuk mendukung strategi tersebut. Seringkali apabila semua dikumpulkan pada satu rekening, seseorang sangat mudah tergoda untuk menggunakan dana cash yang dimiliki. Tidak perlu khawatir akan adanya pengeluaran biaya administrasi tambahan apabila memiliki lebih dari satu rekening tabungan, toh sudah banyak berdedar produk tabungan yang menawarkan bebas biaya administrasi.

Mencatat adalah poin selanjutnya yang menjadi sangat penting. Pencatatan di sini adalah terkait alur dana (cash flow) yang secara rutin dilakukan. Perencana keuangan yang baik dan benar, dalam membantu klien mempersiapkan strategi untuk mencapai tujuan keuangannya, akan selalu membutuhkan data terutama yang terkait dengan keuangan. Itulah tugas penting yang masih banyak orang belum lakukan. Pernahkah Anda melakukan pencatatan atas apa yang kita dapatkan dan keluarkan secara rutin? Kalau belum, Anda harus segera memulainya.

Seringkali orang yang saya temui mengeluhkan dirinya sendiri yang kerap boros namun tidak tahu borosnya lari ke mana. Inilah di antaranya akibat dari mengabaikan pencatatan tadi. Dari sisi penghasilan, mungkin tidaklah sulit untuk mencatatnya karena untuk pekerja, dari slip gaji pun sudah dapat diketahui penghasilannya.

Ternyata sisi pengeluaranlah yang seringkali menjadi penyebab tumbuh kembangnya potensi boros pada banyak orang. Silakan Anda data pengeluaran rutin Anda, saya yakin sehari pun biasanya masih kurang waktu untuk mengisinya secara lengkap. Itu kenapa proses pencatatan rutin terutama dari sisi pengeluaran menjadi penting di sini.

Apabila pencatatan rutin sudah dilakukan sehingga Anda sudah dapat mengidentifikasi ke mana larinya uang Anda, maka selanjutnya adalah saatnya bagi Anda untuk mulai mendisiplinkan diri dalam membagi pos-pos pengeluaran yang ada. Akan lebih baik apabila Anda telah dapat menganggarkan dana yang diterima rutin untuk memenuhi pos-pos pengeluaran yang dapat terbagi dari pos pengeluaran rutin bulanan (makan dan transportasi), pengeluaran kewajiban (cicilan utang), pengeluaran sosial, dan pengeluaran yang tak terduga.

Patuhi bujet yang telah ditetapkan dan cukupkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Kalau sudah dipatok seperti itu, biasanya kita akan dapat menyesuaikan dengan sendirinya.

Dengan melakukan itu semua, pada nantinya dapat diketahui bahwa sebenarnya kunci sukses dalam mengelola keuangan, baik secara umum maupun untuk sekedar mengelola keinginan kita agar tidak boros, ada pada bujeting. Yes, bukan negara dan perusahaan saja yang ternyata butuh membuat anggaran, kita pun secara individu memerlukan hal ini walaupun tidak serumit apa yang negara dan perusahaan buat.

Jalankanlah apa yang telah dianggarkan, dengan begitu otomatis tidak ada lagi uang yang dapat dipakai di luar dari kebutuhan yang telah ditentukan. Apabila dari yang dianggarkan masih ada kelebihan, jadikan sebagai reward yang harus digunakan untuk bersenang-senang. (wdl/wdl)

Hide Ads