Dari sejak zaman sekolah dasar hingga saat ini bekerja, mungkin anda masih memegang teguh pepatah tersebut. Pepatah yang diperkuat oleh banyak sekali orang yang memberikan anda pengetahuan tentang perencanaan keuangan; menjejali anda baik di media cetak atau pun elektronik akan pentingnya membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan. Tujuannya hanya satu: untuk berhemat, bukan?
Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah anda bisa berhemat? Apakah anda bisa membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan? Apakah anda berhasil menerapkannya di kehidupan sehari-hari? Bila anda berhasil, saya ucapkan selamat! Karena anda berhasil untuk menghemat pengeluaran bulanan/tahunan anda. Namun, ketika anda berhasil berhemat, belum tentu anda jadi kaya lho.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain berhemat, anda perlu strategi khusus untuk mencapai kekayaan (baca: tujuan-tujuan keuangan) yang ingin anda capai. Ada beberapa hal penting yang harus anda lakukan selain berhemat. Pertama, anda perlu tahu untuk apa anda berhemat. Hal ini penting agar pengorbanan anda setiap bulannya untuk berhemat tidak sia-sia. Bayangkan, bila anda tidak tahu tujuan anda mendayung di lautan luas, tenaga, dan waktu yang anda keluarkan akan sia-sia bukan?
Kedua, berapa lama anda akan menyimpan dana tersebut? Hal ini penting karena anda harus tahu sampai kapan anda berhemat. Ibaratkan lagi anda berhasil menghemat Rp 600.000 sebulan dan rajin menabung, dalam 10 tahun dengan bunga sekitar 4% maka dana yang berhasil anda kumpulkan sekitar Rp 88 jutaan, banyak kan? Namun, tahukah anda bahwa uang yang berhasil anda kumpulkan itu berapa nilai riilnya? Apakah anda ingat bahwa dahulu membeli permen cukup Rp 100 untuk 3 permen, dan saat ini harus mengeluarkan Rp 2.000 untuk 3 permen yang sama?
Adalah penting untuk mengetahui nilai dari uang yang anda miliki saat ini dan berapa nilainya di masa depan. Kenapa? Karena jangan sampai anda telah mengumpulkan sejumlah dana untuk (sesederhana) membiayai kuliah anda anda di masa depan, di mana uang tersebut nilainya di saat ini cukup untuk membayar kuliah 4 tahun, tetapi nyatanya uang yang terkumpul nanti hanya cukup untuk membayar uang pangkalnya saja.
Dan ketiga, anda juga harus tahu ke mana dana hasil berhemat anda simpan. Katakanlah anda memiliki penghasilan Rp 3.000.000 per bulan dan berhasil menghemat sejumlah 20% dari penghasilan anda. Sekitar Rp 600.000-an yang berhasil anda hemat setiap bulan, ke manakah sejumlah dana tersebut anda tempatkan? Tabungankah? Membeli Logam Mulia kah? Reksa dana kah? Atau anda hanya simpan saja di dompet anda?
Bagian ketiga ini cukup penting untuk mendukung dua langkah yang telah disampaikan di awal tadi. Mengetahui ke mana dana hasil berhemat anda harus disimpan sama dengan mengetahui akan naik kendaraan apa anda sampai di tujuan. Dalam memilih produk keuangan, ketika anda memiliki tujuan keuangan yang harus dicapai dalam jangka waktu yang relatif pendek maka produk keuangan yang anda pilih haruslah yang paling konservatif, dan sebaliknya, semakin panjang waktu yang anda miliki untuk mencapai sebuah tujuan keuangan, maka anda bisa memilih produk keuangan yang agresif.
Sekarang anda telah mengetahui langkah-langkah untuk mencapai kekayaan. Oleh karenanya, siapa pun anda; berapa pun penghasilan anda; apa pun latar belakang pekerjaan atau pendidikan anda, janganlah takut untuk bermimpi jadi kaya raya. Namun, harus kembali anda ingat bahwa sekedar hemat saja tidak cukup untuk mengantar anda mencapai tujuan keuangan anda, apalagi bikin anda kaya raya.
Chao! (wdl/wdl)











































