Merasa Kaya Ternyata Tak Berdaya

Merasa Kaya Ternyata Tak Berdaya

Agus Sudiyar Tanjung - detikFinance
Senin, 02 Okt 2017 07:21 WIB
Foto: Muhammad Ridho
Jakarta - Pernahkan kita melihat orang berbondong-bondong ke pusat perbelanjaan karena ada informasi diskon besar-besaran? Banting harga untuk produk merek terkenal? Atau iming-iming hadiah yang menarik? Tidak sedikit orang yang tertarik untuk meraihnya. Masih ingatkan beberapa waktu yang lalu di salah satu pusat perbelanjaan di jantung kota Jakarta, masyarakat sampai antre untuk mendapatkan sepatu olahraga merek tertentu yang sedang cuci gudang.

Beritanya tersebar dengan cepat melalui media sosial, bahkan di beberapa group WA saya juga menjadi pembicara hangat para membernya. Sebenarnya mereka butuhkah dengan barang itu untuk saat ini? Mungkin memang ada yang sedang butuh, namun pastinya banyak juga yang hanya sekedar berkeinginan untuk memilikinya karena sedang diskon. Itu semua memang pilihan,tinggal bagaimana kita menyikapinya.

Lantas pernahkah kita melihat orang yang suka membeli barang/produk hanya demi meningkatkan gaya hidup, gengsi, pamer agar terpandang lebih terhormat oleh orang lain? Pakai jam tangan bermerek, pakai baju necis dengan dasi yang beraneka warna, pakai parfum impor yang wanginya membuat mabuk kepayang, pakai sepatu mengkilap dengan merek ternama, kalau posting di medsos selalu pamer makan di restoran?. Tapiiii…semuanya dibeli/dibayar dengan cara menggesek pakai kartu sakti. Lha terus gajinya lari ke mana?? Nah kalau kita merupakan bagian dari kedua fenomena di atas, sama saja artinya kita termasuk orang yang merasa kaya dan banyak uang tapi nyatanya tak berdaya. Hanya semata-mata mempertahankan gaya hidup konsumtif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Riset yang dilakukan Kadence International Indonesia menyebutkan, 28% orang Indonesia memiliki kebiasaan gaya hidup konsumtif yang tidak sehat. Artinya pengeluaran mereka jauh lebih besar dari penghasilan yang mereka dapatkan. Karena apa, masih banyak yang beranggapan bahwa konsumerisme menjadi tolok ukur kesuksesan seseorang.

Saat seseorang sudah mampu menunjukkan eksistensi dirinya didepan orang lain, maka 'cap' kesuksesan sudah melekat pada dirinya. Padahal semua eksistensi yang melekat padanya adalah hasil dari berutang. Mereka cenderung suka berbelanja dan menghabiskan uang, walaupun sebenarnya gajinya pas-pasan. Buat dia yang penting gaya, urusan utang numpuk itu nanti saja mikirnya, pikirnya masih ada kartu kredit yang bisa menyelamatkannya. Inilah orang yang merasa kaya tapi sebenarnya tak berdaya.

Tidak ada jalan lain jika ingin terbebas dari gaya hidup seperti ini dan sebelum masuk lebih dalam dari jebakan finansial, harus bisa mengendalikan diri. Itu yang paling utama harus kita lakukan, karena memang berawal munculnya dari dalam diri kita. Selanjutnya barulah mulai menerapkan pola hidup hemat dan sederhana. Karena sebesar apapun gaji yang diterima, kalau kita selalu merasa kaya atau banyak uang pasti akan terpedaya untuk menghabiskannya.

Prioritaskan dulu kebutuhan yang memang kita perlukan untuk sekarang dan masa yang akan datang. Tahan dulu keinginan untuk sementara waktu sambil review kondisi keuangan, perbaiki cara pengelolaan pengeluaran dan susun kembali perencanaan keuangan dengan benar. Sehingga pada akhirnya untuk menghindari itu semua, kita harus belajar mengendalikan emosi agar tidak mudah untuk membeli hal kurang penting dan hanya sekedar memenuhi gaya hidup saja. Pikirkan bahwa gaji atau penghasilan kita saat ini adalah untuk mempersiapkan masa depan yang jauh lebih baik. Jangan terpedaya dengan keinginan sesaat namun membawa muradhat buat kehidupan kelak.

Lakukanlah langkah-langkah yang kiranya bisa menahan diri kita untuk berperilaku konsumtif, misalnya dengan cara:
  1. Ubahlah pola pikir, semurah apapun barang yang ditawarkan kalau memang kita belum membutuhkan buat apa dibeli. Dengan membeli artinya uang kita akan terkuras habis. Walau murah jika dilakukan berulang-ulang akan habis juga kan uang kita. Lebih baik dibeli produk yang nantinya bisa menghasilkan dan menambah pendapatan. Lagi pula, barang diskonan bisa jadi untuk menghabiskan stok karena sudah lama tersimpan. Bisa jadikan kualitasnya sudah menurun, makanya dijual di bawah harga standar. Dengan pola pikir seperti itu sedikit banyak kita jadi ragu untuk membelinya hehehe.
  2. Mulai susun anggaran belanja, dengan adanya anggaran belanja otomatis pengeluaran akan terkontrol. Sehingga uang yang dikeluarkan sesuai dengan yang sudah disusun sebelumnya. Dengan cara ini pengeluaran kita akan jauh lebih terkontrol dengan baik. Kita akan lebih berhati-hati dalam menggunakan uang, karena sudah ada pos masing-masing. Kalaupun harus belanja di luar anggaran, artinya kita harus mengorbankan pos yang lainnya.
  3. Siapkan uang tunai secukupnya, cukup dalam arti kata tidak kekurangan dan kalau pun ada lebih tidak terlalu banyak tentunya. Hindari membawa uang tunai terlalu banyak karena pasti ada saja godaan yang menjebak. Kalau sudah pegang uang banyak itu rasanya gatal inginnya dihabiskan saja tuh uang, kalau tidak kuat pasti terpancing untuk belanja lebih banyak lagi dan lagi…
  4. Mengurangi jalan-jalan ke pusat perbelanjaan, banyak godaan boo hindari ya sebisa mungkin. Tidak percaya?? Coba saja deeh hitung selama ini dalam satu bulan berapa kali ke mal. Terus berapa uang yang dihabiskan untuk itu. Awalnya sih hanya ingin sekedar jalan-jalan saja cari hiburan. Lama kelamaan apakah habis mutar-mutar mal nggak capek? So pastinya akan mencari tempat istirahat, minimal di tempat yang ada jual minuman. Jadinya keluar uang juga kan..??
Banyak ya. Mau tahu detil? Cek di workshop bulan Oktober akan ada workshop Asuransi info bisa dibuka di sini bersamaan dengan workshop mengelola keuangan dan gaji CPMM di Jakarta info di sini sementara untuk Kaya Raya dengan Reksa Dana Jakarta info buka di sini berbarengan dengan workshop Intermediate Financial Planning info buka di sini.

Dengan menerapkan beberapa langkah ini bukan berarti kita harus menjadi super irit yang membuat kita tidak bisa lagi menikmati hidup. Ini hanya upaya agar uang kita bisa dimanfaatkan dengan maksimal untuk masa depan dan tidak terbuang sia-sia. Merubah pola gaya hidup hemat dengan mengedepankan kebutuhan dan membendung keinginan akan membuat kita lebih berdaya. Sehingga di kemudian hari kita dapat menikmati uang kita dan merasa jauh lebih kaya. (wdl/wdl)

Hide Ads