Mengapa Saya Nggak Punya Apa-apa? (1)

Mengapa Saya Nggak Punya Apa-apa? (1)

Ila Abdulrahman - Aidil Akbar Madjid & Partners - detikFinance
Senin, 01 Okt 2018 06:55 WIB
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - "Mbak, mengapa saya nggak punya apa-apa?" Kata seorang wanita muda siang itu di sebuah warung kopi di salah satu pusat perbelanjaan di Solo tempat kami janji temu.

"Sebentar-sebentar, Nggak punya apa-apa gimana ini maksude, mbak bawa form isian yang saya email itu?"

Mbak yang seorang karyawan menikah dikaruniai 2 anak ini mengulurkan form isian untuk pembuatan perencanaan keuangan atau yang biasa kami sebut Form DGQ. Saya baca sembari saya input ke dalam program, dan hasilnya, dari 7 rasio keuangan yang kami gunakan hanya 1 rasio keuangan yang sehat yaitu rasio cicilan utang bulanan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lain lagi dengan seorang mahmud alias mamah muda lainnya, "Mbak, check up in kondisi keuanganku ya, sekalian bikinin bookplan, kalau aku nambah beli 'ini', 'itu' kira-kira oke nggak ya? Sambil sodorin lembaran-lembaran financial check up.

Pendapatan kedua klien tersebut tidak terpaut jauh, namun kondisi riilnya sangat berbeda, satu belum memiliki apa-apa, yang satu sudah mau nambah aset apa-apa. Setelah kami lakukan interview dan pengisian form yang lebih komprehensif, kami dapatkan fakta bahwa yang merasa belum punya apa-apa memiliki kehidupan yang jauh berbeda dengan klien satunya. Ia bergaya kehidupan yang boros dan cenderung konsumtif.

Hasil interview dan data menunjukkan kekonsumtifannya untuk memenuhi beberapa hal sebagai berikut :

BALAS DENDAM MASA LALU
Pada awal masa kerja, begitu terima gaji, habis untuk biaya hidup. Ngafe, hangout, beli baju, dan lainnya yang saat dulunya sangat sulit dilakukan karena keadaaan keuangan. Gaji benar-benar enam belas koma, alias tanggal 16 sudah koma, empot-empotan dompet.

TERBAWA LINGKUNGAN
Secara tidak sadar terbawa pengaruh lingkungan. Teman-temannya terbiasa hang out tiap jumat malam, shooping setiap gajian dan lain-lain, akhirnya mempengaruhi untuk melakukan hal yang sama. Belum lagi pengaruh sosial media yang setiap hari dalam genggaman tangan.

BERUSAHA MENAIKKAN STATUS SOSIAL
Menaikkan status sosial ini, seperti membeli barang branded di kelas lingkungannya, mulai dari baju, tas sepatu dan aksesoris lainnya hingga gadget, dan pernak pernik lain meski itu sekedar tempat minum.

"Saya pengin kelihatan mbak, punya status sosial gitu. Jika Saya tidak mengikuti gaya mereka, maka saya akan ketinggalan, tidak dijadikan teman." Padahal tidak semua teman dalam kantor berperilaku sama, ada yang stylenya juga berbeda, bersederhana dalam pengeluaran yang tidak penting dan cenderung boros, hanya saja saya memilih untuk 'sok' gaul, 'sok' kekinian. Mengapa saya tidak memilih menjadi trend setter ya saat itu, dibanding jadi follower?

Dengan berusaha mengikuti gaya hidup kanan kirinya, berusaha menjadi orang yang up to date, agar terlihat memiliki status sosial, padahal secara keuangan tidak mampu. Demi mengejar dengan memiliki barang terbaru dan kekinian, akhirnya rekening kosong, padahal up to date itu tak akan pernah berhenti. Yang diperlukan adalah kebutuhan bukan ke-up to date-an.

Ingat guyonan yang mengatakan bahwa biaya hidup sebenarnya tidak mahal, yang mahal adalah gaya hidupnya, ada benarnya juga.


Itu sebabnya kita harus selalu belajar untuk bisa mengatur keuangan dan berinvestasi yang baik dan benar, dengan ikut workshop yang dilaksanakan oleh tim IARFC Indonesia atau tim AAM & Associates.

Di Jakarta dibuka workshop sehari tentang bagaimana cara Mengelola Gaji dan Mengatur Uang bulanan dan Belajar dan Teknik Menjadi Kaya Raya dan juga workshop sehari tentang Reksadana. Ada juga workshop khusus tentang Asuransi membahas Keuntungan dan Kerugian dari Unitlink yang sudah anda beli.

Karena banyak permintaan, dibuka lagi workshop Komunikasi yang memukau lawan bicara anda (menghipnotis), cocok untuk anda orang sales & marketing, untuk komunikasi ke pasangan, anak, boss, anak buah, ke siapapun, info.

Untuk ilmu yang lebih lengkap lagi, anda bisa belajar tentang perencanaan keuangan komplit, bahkan bisa jadi konsultannya dengan sertifikat Internasional bisa ikutan workshop Basic Financial Planning dan workshop Intermediate dan Advance Financial Planning di Pertengahan Info lainnya bisa dilihat di www.IARFCIndonesia.com (jangan lupa tanyakan DISKON paket)

Anda bisa diskusi tanya jawab dengan cara bergabung di akun telegram group kami "Seputar Keuangan" atau klik di sini.

Dalam artikel berikutnya akan di bahas sambungan apa saja yang membuat anda kemudian bisa tidak punya apa-apa, seperti gaya sosialita salah satunya.


Disclaimer: artikel ini merupakan kiriman dari mitra yang bekerja sama dengan detikcom. Redaksi detikcom tidak bertanggung jawab atas isi artikel yang dikirim oleh mitra. Tanggung jawab sepenuhnya ada di penulis artikel. (ang/ang)

Hide Ads