Kata resesi sekarang menjadi pembicaraan hangat di mana-mana. Masyarakat mulai bertanya-tanya apa yang akan terjadi, meskipun banyak dari mereka belum tahu harus bagaimana.
Beruntungnya resesi ini sudah bisa diprediksi sebelum terjadi sehingga kita bisa bersiap-siap. Dan lebih beruntungnya lagi (mungkin tidak bisa dibilang beruntung), bahwa yang terkena resesi ini tidak hanya Indonesia tapi juga negara-negara besar dan negara maju lainnya.
Sejujurnya, bila menelisik data dari Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS), kondisi perekonomian Indonesia memang sudah tidak baik-baik saja sebelum datangnya pandemi COVID-19 ini.Per data yang diambil dari BPS yang telah dibuatkan grafik, bisa dilihat bahwa sejak kuartal pertama di tahun 2019 tahun lalu, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sendiri perlahan sudah mulai turun angkanya, dari yang 5.18% di Q4 2018 turun menjadi hanya 5.07% di Q1 2019.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Angka penurunan tersebut semakin terasa ketika memasuki Q4 di tahun 2019 dan semakin menurun di Q1 2020 meskipun masih dalam zona hijau alias masih bertumbuh positif. Barulah di Q2 tahun 2020 yang baru saja diumumkan oleh BPS kemarin, bahwa terjadi kontraksi yaitu pertumbuhan negatif sebesar minus 5.32% yang lebih rendah dibandingkan prediksi Ibu Menteri Keuangan sebelumnya dan dibandingkan konsensus.
Pertanyaannya adalah, apakah Indonesia sudah memasuki resesi?
Banyak negara lain di dunia yang sudah menyatakan dirinya memasuki masa resesi. Bahkan negara-negara maju seperti Inggris, Perancis, German, dan Amerika sekalipun pertumbuhan ekonomi mereka di masa pandemi Q2 2020 mengalami negatif yang cukup besar, jauh lebih dalam dari Indonesia. Untuk saat ini, posisi Indonesia hanya kalah dari Korea Selatan dan China.
Kembali menjawab pertanyaan apakah Indonesia sudah resesi? Jawabannya adalah belum pasti karena masih harus menunggu laporan di Q3 tahun 2020 ini yang kemungkinan besar baru akan diumumkan di bulan Oktober 2020.
Tapi melihat dampak pandemi COVID-19 ini tidak main-main. Meskipun banyak pengamat menghembuskan angin positif agar masyarakat bergerak positif, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa pandemi ini justru juga menghajar sendi ekonomi lapisan menengah ke bawah yang selama ini dielu-elukan dan selalu menjadi andalan tulang punggung pemerintah di saat krisis ekonomi 1997-1998 dan krisis global 2008.
Di kedua krisis ini tidak mengena sampai ke level Usaha Mikro dan Kecil, hanya bermain di tatanan bisnis besar saja. Itulah sebabnya di 2 krisis sebelumnya daya beli masyarakat Indonesia menengah ke bawah tetap bergerak dan menjadi penopang keselamatan ekonomi Indonesia.
Simak Video "Tantangan dan Peluang Industri Tembakau dalam Kebijakan Baru"
[Gambas:Video 20detik]