Jakarta -
Hidup memang tak selamanya berjalan mulus, akan ada masanya di mana seseorang berhadapan dengan risiko yang memaksa mengeluarkan dana dalam jumlah besar. Sebagai contoh, pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi saat pandemi COVID-19.
Pada awal Januari 2021, Lifepal menggelar program konsultasi keuangan dengan Certified Financial Planner (CFP). Dari 500 orang partisipan, hanya 11,34% yang telah terlindungi asuransi. Asuransi di sini adalah program dari pihak swasta bukan jaminan kesehatan yang berasal dari BPJS Kesehatan.
Mengutip laporan Lifepal, terdapat 88,66% masyarakat Indonesia belum memiliki uang untuk memenuhi kebutuhan yang berasal dari sebuah risiko alias dana manajemen risiko atau dana darurat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Manajemen risiko merupakan salah satu pokok penting dalam perencanaan keuangan. Uang yang disisihkan untuk manajemen risiko justru harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum memusatkan perhatian untuk memenuhi tujuan jangka panjang.
Berikut risiko yang perlu diwaspadai oleh masyarakat:
1. Risiko Spekulatif
Risiko ini memiliki tiga kemungkinan dalam hasilnya, yaitu untung, rugi, atau tidak ada perubahan sama sekali. Hal ini sering ditemui baik dalam dunia kerja, bisnis, maupun investasi.
2. Risiko Murni
Risiko ini adalah yang apabila terjadi dapat menyebabkan kerugian, dan jika tidak maka Anda akan mengalami apapun. Risiko murni tidak melibatkan kemungkinan keuntungan di dalamnya, risiko inilah yang bisa ditransfer ke perusahaan asuransi.
Simak Video: Pentingnya Siapkan Dana Darurat
[Gambas:Video 20detik]
Untuk mengantisipasi hal tersebut, berikut tips-tips yang diberikan oleh Lifepal:
1. Ikut Program Asuransi
Ketika seorang pencari nafkah meninggal dunia atau tidak lagi mampu bekerja karena kehilangan fungsi anggota tubuh, maka keluarga tersebut akan kehilangan penghasilan rutin sampai waktu yang tidak dapat ditentukan. Jika peristiwa terjadi, bagaimana keluarga tersebut memenuhi semua kebutuhannya hingga membayar tagihan setiap bulannya.
Itu sebabnya harus dilakukan transfer risiko. Di mana risiko hilangnya penghasilan harus ditransfer ke perusahaan asuransi. Transfer risiko adalah salah satu metode pengelolaan risiko. Dengan adanya asuransi, Kita akan membayar premi dalam jumlah tertentu untuk memperoleh tanggungan jika risiko itu terjadi.
2. Ikut BPJS Kesehatan
Tak hanya kesulitan dalam hidup, manajemen risiko juga akan membantu kita untuk melindungi seluruh aset kekayaan yang sudah kita kumpulkan.
Menurut data Global Medical Trends Survey Report 2020 yang dipublikasikan Willis Towers Watson, kenaikan biaya medis secara gross di Indonesia bisa mencapai 11% per tahun. Ingat pula bahwa biaya perawatan penyakit kritis mencapai ratusan juta rupiah.
Bisa dibayangkan, seorang penderita penyakit kritis yang tak memiliki jaminan kesehatan tentu akan sangat terbebani secara keuangan. Mereka bisa saja menjual aset-aset mereka untuk membayar biaya pengobatan yang tidak murah. Oleh karena itulah, kita wajib mempertimbangkan kepemilikan BPJS Kesehatan dan asuransi swasta. Jaminan kesehatan ini akan saling mengisi satu sama lain.
BPJS Kesehatan bisa menanggung seluruh jenis penyakit, namun sistem klaim berjenjang dan sistem rujukan dari faskes tingkat pertama tentu kurang cocok bagi mereka yang membutuhkan penanganan medis dalam waktu cepat. Ketahui pulalah, meski asuransi kesehatan swasta tidak mengcover seluruh jenis penyakit, Anda bisa mendapat kepraktisan dalam hal berobat.
3. Sesuaikan Besaran Premi
Pada intinya, makin lengkap manfaat asuransi yang kita ambil, semakin tua usia tertanggung, semakin tinggi risiko profesi kita, maka mahal pula premi asuransi yang harus dibayar.
Premi asuransi adalah biaya yang harus dikeluarkan (cost) untuk melindungi kita dari segala risiko yang terjadi. Itu sebabnya, asuransi kerap disebut dengan istilah proteksi (perlindungan).
Adalah hal yang cerdas ketika kita mendapat produk dengan iuran premi murah dan uang pertanggungan atau manfaat yang besar. Adapun besaran premi yang ideal Anda bayarkan adalah 3-10% penghasilan bulanan.
Jika premi terlalu mahal, maka kita pun akan kesulitan dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari, membayar utang, dan berinvestasi. Namun jika premi terlalu murah, besar kemungkinan kita mengalami underinsured atau kurang terlindungi.
Itulah hal-hal yang harus Anda ketahui seputar risiko dan cara mengelolanya.