Sebagian dari kita sering merasa kesal mengapa kita tidak kunjung bisa berhemat, atau mengapa sulit mengontrol pengeluaran kita, padahal sesuatu yang kita beli benar kita butuhkan bukan untuk memenuhi gaya hidup. Pertanyaannya apa benar begitu adanya?, barang yang kita beli untuk memenuhi kebutuhan kita atau kebutuhan gaya hidup kita?.
Mungkin sebenarnya kita memang tidak mengetahui barang yang kita beli, pada dasarnya kita butuhkan atau tidak. Atau jangan-jangan kita membeli barang, atau sesuatu hal tersebut karena terjebak dengan istilah FOMO (fear of missing out). Karena terjebak FOMO kita langsung impulsif membelanjakan uang kita tanpa perencanaan.
Fear Of Missing Out yang dalam Bahasa Indonesianya adalah perasaan takut kehilangan, yang sebagaimana detailnya FOMO merupakan sindrom atau kecemasan sosial dari seseorang yang takut kehilangan sesuatu atau ketinggalan update dari informasi terkini. Istilah FOMO sendiri pertama kali diperkenalkan oleh seorang strategist marketing yang bernama Dan Herman pada sebuah makalah yang dibuatnya pada tahun 2000.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengenalan FOMO oleh Dan Herman sendiri ternyata terbukti ampuh dan efektif digunakan untuk menyulap perasaan cemas kita menjadi sebuah keuntungan dalam penjualan. Karena sudah teruji maka dewasa ini sudah banyak sekali perusahaan-perusahaan yang skalanya kecil maupun besar menggunakan Teknik FOMO ini demi melancarkan penjualan mereka.
So kembali lagi, emang apa sih dampaknya FOMO dengan kita, katanya FOMO bisa bikin kita boros yang parahnya kehilangan banyak uang, dan menyesal, memangnya begitu?, betul sekali, coba kita lihat contoh 3 penyebab keuangan kita berantakan karena FOMO dari 3 hal kecil ini.
FOMO Yang Terdapat Dalam Momen Sale, Diskon atau Limited Edition.
Pernahkah kita membaca, mendengar dan terkena kata-kata ini, "Harga Naik Naik Besok", Atau "Diskon Cuman Sampai Hari Ini Saja", Lalu "Beli Satu Gratis Satu", Terus "Cashback Sekian Persen" Sampai yang paling hebat "Edisi Terbatas, Produksi Terbatas.
Pasti sebagian besar dari kita sering berada dalam situasi ini, munculah perasaan takut kehilangan sale, diskon jadi nggak bisa dibiarkan, harus nih! Punya barang ini, harus beli sekarang, atau tadi, karena sedang kolaborasi jadi jumlahnya terbatas, kalau punya barang ini, kita merasa menjadi salah satu orang yang eksklusif di dunia ini, karena satu dari sekian juta orang punya barang edisi terbatas tersebut.
Pertanyaannya apakah kita benar-benar membutuhkan barang atau makanan tersebut, atau kita memang butuh untuk sekedar memenuhi keinginan kita, atau untuk pengakuan, memamerkan di social media. Nah hal ini yang perlu diperhatikan, boleh kita membeli dan terjebak dengan FOMO, selama hal tersebut kita butuhkan atau hal tersebut tidak di luar dari anggaran keuangan yang telah kita buat. Karena ketika kita tidak melakukan budgeting alias di luar anggaran kita justru hal tersebut menjadi kebocoran untuk keuangan kita sendiri, so coba diperhatikan lagi.
Itulah sebabnya untuk mencegah kebocoran keuangan selalu catat, catat, dan catat pengeluaran harian dan bulanan. Nah, kalau catatnya ribet pake pulpen dan kertas, coba aja catat pake aplikasi pencatatan keuangan deh, aplikasinya seperti yang bisa diunduh di sini . Karena sudah memasuki bulan Ramadhan, yang mau belajar keuangan ada juga kelas atau workshop yang versi Syariahnya, bisa dibuka di sini.
Kamu bisa melakukannya dengan belajar perencana keuangan bersertifikasi secara online secara mandiri (self study), mudah, terjangkau dan bisa belajar sesuai waktu kita. Untuk info-info kelas secara online (self study) baik yang gratisan ataupun biaya terjangkau sekali, bisa dilihat di sini.
Terus, apa lagi nih penyebab FOMO yang sering kali mengganggu keuangan kalian? Kita akna bahas di artikel berikutnya ya.
(zlf/zlf)