Dolar AS Kian Perkasa ke Rp 15.300, Coba Cek Investasi Ini Biar Nggak Boncos

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Selasa, 04 Okt 2022 14:25 WIB
Dolar AS Kian Perkasa ke Rp 15.300, Coba Cek Investasi Ini Biar Nggak Boncos/Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah pada perdagangan pagi tadi sempat menyentuh level Rp 15.302. Penguatan dolar AS terhadap mata uang garuda terjadi beberapa hari belakangan ini.

Di tengah pergolakan ini, para pelaku pasar perlu mempertimbangkan dengan cermat instrumen investasi apa yang aman tetap cuan. Direktur Center of Economic and Law Studies CELIOS Bhima Yudhistira mengatakan, masyarakat perlu merombak portofolio investasi mengingat inflasi yang diperkirakan lebih dari 6% hingga akhir tahun.

"Kalau kita melihat kebijakan suku bunga yang terus naik, untuk menabung di simpanan tentu tidak bijak ya, karena bunga simpanan jauh di bawah tingkat inflasi yang diperkirakan lebih dari 6% sampai akhir tahun. Jadi kalau bisa melakukan perombakan strategi portofolio," kata Bhima kepada detikcom, Selasa (4/10/2022).

Bhima menyarankan beberapa instrumen investasi seperti reksa dana hingga obligasi. "Misalkan ke reksadana saham, pendapatan tetap, atau membeli instrumen-instrumen yang basisnya obligasi atau surat utang pemerintah," ujarnya.

Bhima menyampaikan, nilai tukar dolar AS diprediksi terus menguat terhadap rupiah dalam jangka panjang. Oleh karena itu, ia juga menyarankan instrumen reksa dana pasar uang dan valas sebagai salah satu investasi strategis.

"Ada juga yang sekarang memanfaatkan situasi dengan membeli reksa dana pasar uang, atau membeli valas karena diprediksi dolar akan terus mengalami penguatan dalam jangka panjang ke rupiah," tandasnya.

Investasi Emas Bisa Jadi Pilihan

Di sisi lain, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaib menyebut, investasi logam mulia bisa menjadi salah satu pilihan untuk jangka menengah dan panjang. "Walaupun logam mulia saat ini orang bilang sudah tidak lagi sebagai safe haven, tetapi jangka menengah jangka panjang, logam mulia ini masih cukup bagus," kata Ibrahim.

Menurutnya, meski mencapai harganya mencapai US$ 1.550 per troy ounce, angka tersebut sudah yang paling mentok atau paling rendah. "Artinya kalau seandainya menyentuh ke bawah pun, ke atasnya pun masih akan kuat, dan harga logam mulia kemungkinan besar di tahun depan sudah naik kan, sudah mendapat keuntungan," katanya.

Lebih lanjut, Ibrahim juga menyebut obligasi dan deposito sebagai instrumen lainnya yang masih cukup menjanjikan namun tetap aman. "Kemudian di obligasi cukup bagus. Kalau obligasi menggunakan mata uang rupiah, ini cukup bagus. Karena apa? pasti kan harganya naik. Selain itu, bisa saja misal deposito, kemudian di logam mulia," terangnya.

Sementara deposito bisa menjadi opsi terbaik, terutama untuk investor pemula mengingat resikonya terbilang sangat rendah. Apalagi, mengingat kini banyak pula investor yang tidak mau ambil risiko besar.

Di sisi lain, Ibrahim mengingatkan para investor untuk menghindari investasi dolar AS karena risikonya sangat tinggi. Menurutnya, masih ada kemungkinan dolar AS kembali ke Rp 14.500 pada awal 2023.

"Banyak orang yang membeli dolar di harga tinggi, kemudian ia mengharapkan harga naik ke Rp 16.000, tetapi akhirnya turun. Ini membuat mereka mengalami kerugian yang cukup signifikan. Dalam kondisi seperti ini investor harus berhati-hati, harus jeli dalam memilih investasi," kata Ibrahim.




(ara/ara)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork