"Ini (rumah murah) saja sudah kejutan, nanti saya buat apartemen dari kontruksi baja. Nanti bisa lebih murah dari yang dihitung oleh pengembang," kata Djan kepada detikFinance saat ditemui di kantornya, Jl Raden Patah, Jakarta, Rabu (14/3/2012)
Djan menuturkan selama ini kalangan pengembang rumah susun mematok biaya produksi apartemen sederhana mencapai Rp 4 juta/m2. Sementara ia optimis harga apartemen murah ini bisa ditekan hingga Rp 2,4 juta/meter hingga Rp 3 juta/m2 atau kalau dihitung per unit dengan ukuran apartemen sederhana tipe 36, harganya hanya Rp 86-108 juta per unit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, belum ada pengembang yang ia beri tahu terkait rencana apartemen murah ini. Ia berharap apartemen murah akan diprioritaskan untuk mengurangi pemukiman kumuh di kota-kota besar seperti Jakarta.
"Saya pengen bikin sebetulnya untuk rumah di pinggir Sungai Ciliwung. Saya ingin buktikan dengan harga 2,4 juta/m2 bisa bangun. Tetapi untuk di apartemen bisa lebih kecil dari ukuran tipe 36, persyaratan tipe 36 itu untuk rumah tapak (landed house)," katanya.
Selain itu, Djan juga akan terus melanjutkan program 1000 tower rumah susun milik (rusunami). Ia optimis dalam 2,5 tahun ke depan, target tersebut bisa tercapai asalkan masalah pembebasan lahan tak menjadi masalah.
"Sekarang ini sudah banyak loh, sudah 700 (tower) lah," katanya.
Menurutnya salah satu cara konkret dari realisasi program ini, ia akan menggandeng kementerian BUMN. Nantinya lahan-lahan menganggur BUMN akan dibangun rusunami seperti lahan milik PT Kereta Api, PT Pelabuhan Indonesia dan lain-lain.
"Kita akan menggunakan tanah-tanah milik BUMN atau negara yang tidak dipakai. Itu yang akan kita gunakan untuk membangun rusunami dan ini dalam proses kerjasama dengan meneg BUMN. Untuk menggunakan tanah-tanah PJKA (perusahaan jawatan kereta api), tanah-tanah Pelindo. Ini merupakan jalan keluar dalam rangka mengatasi permasalahan harga tanah di Jakarta dan semua kota besar," katanya.
(hen/hen)