Kini Y mengkisahkan ceritanya bisa mendapatkan 4 rumah di Malaysia. Y yang bekerja di perusahan besar untuk service oil company yang berpusat di Houston, Texas, AS, berkali-kali gagal mendapat KPR di Indonesia. Padahal penghasilannya per bulan Rp 60 juta, belum termasuk berbagai bonus.
Menurut Y, mengajukan KPR di Malaysia memang memiliki beberapa persyaratan. Namun persyaratan tersebut tak sampai membuat dirinya ditolak pengajuan KPR-nya seperti yang dialaminya di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan beberapa persyaratan mengajukan KPR di Negeri Jiran tersebut yaitu uang muka (DP) 45% dari harga bangunan, slip gaji, surat pengantar dari tempat bekerja yaitu dari kantor pusat di AS. Selain itu, harus telah menyimpan atau membuat deposito dan memiliki rekening di bank Malaysia selama 6 bulan.
"Saya mempunyai visa kerja Malaysia sehingga saya bisa membeli properti di sana. Bunga yang saya bayarkan sebesar 6,5% pertahunnya," katanya.
Bunga yang ditawarkan di Malaysia memang jauh lebih rendah bila dibandingkan di Indonesia yang bisa mencapai 13-14% per tahun. Selain itu, di Indonesia, orang-orang seperti Y yang bekerja di luar negeri akan susah dapat KPR.
"Bukan hanya saya saja yang mengalami hal serupa, teman-teman saya pun mengalaminya. Sehingga mereka berinvestasi properti di negara lain, seperti apartemen, kondominium. Thailand termasuk negara yang mudah mendapatkan KPR," katanya.
Ia punya pandangan soal sulitnya bank memberikan KPR kepada masyarakat umum termasuk pekerja yang di luar negeri seperti dirinya. Menurutnya Selama Indonesia mempunyai Obligasi dan juga Surat utang negara, maka bank-bank tidak mudah memberi KPR, karena berisiko, dan lama mendapatkan keuntungan.
"Lebih baik mereka mempergunakan dana mereka ke obligasi dan SUN, lebih aman, dan pasti keuntungannya. Sehingga rakyat Indonesia akan susah untuk mendapatkan KPR. Terbukti dengan yang saya alami," katanya.
Bagi Anda yang punya pengalaman soal sulitnya mendapatkan rumah karena gaji yang rendah. Atau tetap sulit dapat KPR meski sudah berpenghasilan tinggi, bisa kirim ceritanya ke redaksi@detikfinance.com.
(hen/ang)











































