Kawasan Elit Jakarta Ini Tetap 'Seksi' Meski Langganan Banjir

Kawasan Elit Jakarta Ini Tetap 'Seksi' Meski Langganan Banjir

- detikFinance
Rabu, 11 Feb 2015 09:30 WIB
Kawasan Elit Jakarta Ini Tetap Seksi Meski Langganan Banjir
Jakarta - Kawasan pemukiman dan komersial di Jakarta Utara seperti Kelapa Gading dan Pluit tetap diminati meski kawasan ini selalu jadi langganan banjir. Kawasan-kawasan elit ini dianggap sebagai 'kepala naga' karena dipercaya mendatangkan rezeki atau hoki. Benarkah?

Empat Alasan

Head of Research Savills PCI, Anton Sitorus menjelasakan, ada sejumlah pertimbangan mengapa pasar properti di lokasi-lokasi tersebut tetap menggeliat walaupun sering banjir.

"Yang pertama adalah lokasinya dianggap strategis dekat dengan pusat aktivitas, pusat kegiatan ekonomi, fasilitas transportasi dekat, dekat sekolah, dekat rumah sakit dan sebagainya. Makanya lokasi ini tetap menarik meski sering banjir," katanya kepada detikFinance, Selasa (10/2/2015).

Faktor kedua adalah soal hubungan sosial di kawasan tersebut. Ada beberapa keluarga yang ingin tinggal di satu kawasan. "Banyak orang yang kalau sudah suka dengan satu lokasi ya inginnya di situ-situ saja. Apa lagi kalau dekat dengan keluarga. Itu yang menyebabkan pasar properti di satu wilayah biasanya sudah punya market sendiri dan nggak khawatir dengan terpaan banjir," katanya.

Ketiga, faktor kepercayaan karena dianggap sebagai lokasi yang mendatangkan rezeki. Kawasan-kawasan tertentu sering dianggap sebagai lokasi 'Kepala Naga'

"Yang paling terkenal itu karena dianggap membawa 'Hoki'. Apa lagi bagi mereka yang punya usaha di lokasi itu. Ada yang bilang itu lokasi kepala naga. Faktor itu juga ikut mempengaruhi tingginya permintaan. Makanya harga properti di sana masih naik," katanya.

Keempat, faktor yang membuat pasar properti di lokasi itu tetap menarik adalah adanya pemahaman bahwa tidak ada kawasan di Jakarta dan sekitarnya seperti Depok, Bekasi, Tangerang dan Bogor yang bebas banjir. Sehingga faktor banjir tidak lagi menjadi pertimbangan besar dalam menentukan lokasi properti yang akan dibeli.

"Orang yang mau beli di Jakarta itu kan sadar kalau banjir itu di mana sih wilayah Jabodetabek yang nggak banjir? Nggak ada yang benar-benar nggak banjir. Lagi pula banjir itu hanya di Jalanan, nggak sampai masuk ke pemukiman mereka. Jadi itu nggak masalah buat mereka yang mau membeli properti di Kelapa Gading dan lainnya," katanya.

Jurus Pengembang Kawasan Elit Jakarta Tangkal Banjir

Bagi Anda yang pernah melintas di Kawasan Pantai Indah (PIK), Jakarta Utara, di tepi sungai besar kawasan tersebut terlihat pompa-pompa besar yang beroperasi saat hujan datang. Kawasan ini relatif 'selamat' dari banjir salah satunya karena peranan pompa-pompa air 'raksasa' tersebut.

Kawasan PIK hanya sekian dari banyak hunian elit di Jakarta Utara seperti Kelapa Gading, Pluit dan lainnya yang tetap 'kering', meski akses ke kawasan tersebut tergenang banjir.

"Banjir itu hanya di jalanan. Nggak sampai yang masuk ke perumahan atau mal. Pernah kejadian 1 atau dua kali, tapi nggak sering," ujar Head of Research Savills PCI, Anton Sitorus kepada detikFinanceβ€Ž Selasa (10/2/2015).

Anton mengatakan, selain upaya pengembang sejak awal membangun unit-unit hunian lebih tinggi dari jalan, juga penggunaan teknologi pompa juga bisa menahan banjir hingga masuk ke hunian.

"Di Kelapa Gading misalnya, itu kan posisi tanahnya lebih tinggi dari yang lain. Jadi jarang banjir sampai masuk ke pemukiman," kata Anton.

Secara terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan Dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Eddy Ganefo mengatakan para pengembang kawasan elit telah menggunakan teknologi untuk mengamankan kawasan properti yang dijualnya.

"β€ŽPengembang di kawasan-kawasan itu (elit) memang sudah menerapkan teknologi penanggulangan banjir yang canggih pakai pompa misalnya. Jadi di dalam (pemukiman) nggak banjir, tapi banjirnya ke jalanan," katanya.

Menurut Eddy, sejumlah kawasan elit di Jakarta tetap menjadi istimewa sehingga harga propertinya tetap tinggi. Eddy mengakui tak selamanya teknologi yang ada cukup ampuh untuk menghalau banjir di Jakarta yang kian mengkhawatirkan.

Ia menambahkan penggunaan teknologi-teknologi anti banjir yang digunakan para pengembang untuk mengamankan lokasi hunian yang digarapnya juga memberikan andil cukup besar membuat banjir di kawasan Jakarta lebih parah. Hal ini karena penggunaan teknologi anti banjir, genangan yang sedianya mengalir ke utara Jakarta malah tertahan dan terkumpul kembali ke tengah kota.

"Air itu kan sifatnya mengalir ke tempat yang lebih rendah. Karena pemukiman tadi pakai pompa airnya dikeluarkan sehingga justru airnya dikembalikan ke luar pemukiman dan banjirnya jadi lebih tinggi," katanya.

Apartemen Laris Manis di Daerah Banjir

Bisnis properti di Pluit Jakarta Utara seakan tak terpengaruh dampak banjir. Padahal kawasan ini menjadi langganan banjir yang terjadi hampir setiap tahun.

Winda Lang seorang pemilik apartemen di Green Bay Pluit, Jakarta Utara misalnya, mengaku bisa mendapat Rp 5,5 juta per bulan atau Rp 66 juta per tahun dari menyewakan apartemen miliknya di kawasan Pluit.

"Saya ada tipe 2 BR (Kamar Tidur) itu saya sewakan Rp 5,5 juta per bulan. Itu sudah lumayan murah. Lumayan juga dari sewakan di situ," ujar Winda kepada detikFinance, Selasa (10/2/2015).

Harga sewa tersebut, sudah naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan sejak pertama kali menyewakan unit apartemen miliknya.

"Dulu saya sewakan Rp 30 juta per tahun (Rp 2,5 juta per bulan). Kemudian ternyata makin banyak yang minat. Saya naikkan sampai sekarang jadi Rp 5,5 juta per bulan ternyata tetap banyak yang minatβ€Ž," tuturnya.

Ia menyebutkan, umumnya yang menyewa apartemennya adalah kalangan ekspatriat yang kebetulan sedang bertugas di Jakarta. "Kebanyakan mereka yang kerja tetap beberapa lama di Indonesia. Kemudian mereka juga suka view-nya langsung ke laut," katanya.

Winda belum berniat untuk melepas unit apartemen tersebut meskipun kerap dilanda banjir. Menurutnya, kawasan tersebut masih memikiki nilai ekonomi yang sangat baik.

"Saya beli Rp 100 jutaan sekian. Sekarang disewakan saya bisa dapat Rp 66 juta per tahun. Kan artinya tunggu dua tahun saja sudah balik modal. Sudah lebih malah. Lagian ini kan menyatu dengan mal, jadi kalau banjir nggak usah kemana-mana juga nggak bosen," katanya.

Sewa Apartemen Tumbuh Pesat di Daerah Banjir

Kawasan langganan banjir seperti Pluit (Jakarta Utara) tetap menjadi tujuan investasi properti jenis apartemen. Investor properti bisa mendapatkan keuntungan yang luar biasa meski kawasan ini rawan tergenang air.

Berdasarkan pengakuan Winda Lang, seorang pemilik apartemen di Green Bay Pluit, saat membeli apartemen 2011 lalu harganya hanya Rp 100 jutaan. Setelah selesai dibangun 2012, ia pun langsung menyewakannya kepada para ekspatriat.

Namun yang menarik, pergerakan harga sewa apartemennya yang berukuran 2 kamar tidur sangat atraktif. Sebagai pembanding, di 2012 harga sewa apartemennya hanya Rp 30 juta per tahun, kini tarif sewa apartemennya sudah naik lebih dari 100% dalam 3 tahun.

"Sekarang Rp 5,5 juta per bulan (Rp 66 juta per tahun). Awalnya saya sewakan Rp 30 juta per tahun. Tapi ternyata banyak yang tanya. Jadi begitu yang sewa pertama itu selesai dia mau perpanjang, saya bilang sudah ada yang mau isi," ungkap Winda kepada detikFinance, Selasa (10/2/2015).

Berdasarkan pengalamannya menyewakan unit apartemen selama 3 tahun, keuntungan maksimal bisa didapat dengan skema sewa bulanan. Alasannya akan mudah melakukan kenaikan tarif sewa tanpa harus menunggu satu tahun.

"Saya sewakan Rp 30 juta per tahun saat 2012. Waktu unitnya sudah mulai jadi," katanya.

Winda mengaku, tarif sewa apartemen yang dimilikinya termasuk masih murah dibandingkan dengan unit yang lain di lokasi yang sama. Beberapa unit apartemen dengan luas yang lebih besar bisa dipatok tarif sewanya Rp 10 juta per bulan

"Biasanya makin ke atas makin mahal. Kan itu pengaruh ke view laut ya. Ada yang sampai Rp 10 juta," katanya.

Menurut Winda, pesatnya kenaikan tarif sewa apartemen di Pluit karena faktor lokasi yang strategis dekat dengan akses jalan dan pusat bisnis. Para penyewanya beragam dari lokal hingga ekspatriat yang bekerja di Jakarta.

Terkait kawasan Pluit yang jadi langganan banjir, Winda hanya menanggapi enteng saja. "Banjir kan nggak sepanjang tahun. Banjir cuma sekali setahun aja. Lagian di sininya kan nggak banjir sampai masuk-masuk gitu," katanya.
Halaman 2 dari 5
(ang/ang)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads