Ekonomi RI Lesu, Perbankan Harus Waspada Kredit Macet

Ekonomi RI Lesu, Perbankan Harus Waspada Kredit Macet

Dewi Rachmat Kusuma - detikFinance
Rabu, 27 Mei 2015 15:55 WIB
Ekonomi RI Lesu, Perbankan Harus Waspada Kredit Macet
Jakarta - Perekonomian Indonesia masih dalam kondisi melambat. Di kuartal I-2015 saja, pertumbuhannya hanya 4,7%, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,2%.

Penyaluran kredit perbankan juga ikut melambat hanya 8% dalam tiga bulan pertama tahun 2015. Denga bunga yang masih tinggi, perbankan sebaiknya waspada akan kredit macet.

"Tugas bank adalah bagaimana meningkatkan pertumbuhan kredit di waktu-waktu yang akan datang, bisa kembali ke dua digit dengan kondisi prudent," ujar Ketua Ikatan Bankir Indonesia (IBI) Zulkifli Zaini saat ditemui di Menara BTN, Jakarta, Rabu (27/5/2015).

Dia menjelaskan, perlambatan ekonomi ini membuat Bank Indonesia (BI) selaku otoritas moneter dan makro prudensial menerapkan kebijakan moneter ketat. Suku bunga acuan atau BI rate tetap dipertahankan tinggi di angka 7,5%.

Dengan penetapan suku bunga tinggi ini, perbankan harus memastikan nasabahnya bisa tetap membayar kreditnya supaya tingkat kredit macet tetap terjaga.

"Ada beberapa debitur yang mengalami kesulitan karena kenaikan suku bunga. Ada debitur yang selesai masa bunga saat promosi, tahap awal rendah, tahun ketiga kembali ke bunga normal, debitur-debitur ini mengalami kesulitan, nah bank harus cepat antisipasi dengan restrukturisasi sehingga angsuran disesuaikan dengan kemampuan membayar," jelas dia.

Namun begitu, Zul mengungkapkan, pihaknya optimis jika di triwulan berikutnya hingga akhir tahun ini pertumbuhan ekonomi akan membaik sehingga kredit perbankan dan suku bunga juga membaik.

"Jadi kami ingin menyampaikan bahwa situasi triwulan dua dan seterusnya dengan kacamata optimis, pertumbuhan ekonomi baik dan bank menyalurkan kredit lebih baik," terang dia.

Zul mengungkapkan, Pemerintah telah menyampaikan kesungguhannya bahwa di triwulan dua dan seterusnya dimungkinkan pertumbuhan ekonomi lebih baik karena pencairan APBN dan proyek-proyek infrastruktur di masa akan datang akan terealisasi, BI juga akan lakukan revisi LTV dan DP.

"Itu memberikan apetite tentang kepemilikan rumah," katanya.

Di tempat yang sama, Komisaris Utama BRI Mustafa Abu Bakar menjelaskan, Secara organisasi industri perbankan dalam kondisi well organize.

"Semuanya running well, cukup tertata dengan naik, prima, ini aset yang bagus terutama menyongsong MEA, ini modal yang bagus," kata dia.

Secara industri, Mustafa menyebutkan, perbankan dihadapkan pada tantangan yang tidak ringan, ini sangat challenging dan harus disikapi dengan pruden tapi optimistis.

"Semester kedua government spending akan mulai mengucur diimbangi perbankan, jadi paling sedikit pertumbuhan ekonomi bisa 5% tahun ini," kata dia.

Di sisi lain, kata dia, industri maritim juga bersinergi memperkuat pembiayaan dalam mendukung industri maritim, mengembangkan UMKM, ini sangat strategis, karena dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat akan berujung pada pengangguran.

"Jika UMKM digenjot, ini bisa menciptakan kesempatan kerja dan penanggulangan kemiskinan, jadi perkuat pembiayaan IMKM selain korporasi dan BUMN," tambahnya.

Soal APBN yang belum cair sehingga pertumbuhan ekonomi melambat, Mustafa mengatakan, hal tersebut bisa disikapi dengan penyaluran kredit yang lebih agresif.

"Anggaran BUMN sama dengan anggaran APBN, tahun lalu Rp 1.200 triliun, BUMN juga segitu, jadi APBN dan anggaran BUMN hampir sama, jadi kalau keterlambatan pencairan APBN, maka bank-bank BUMN bisa mengejar penyaluran kredit, maka akan mengejar pertumbuhan ekonomi, ini akan membawa optimisme di tengah perlambatan tadi," pungkasnya.

(Dewi Rachmat Kusuma/Angga Aliya)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads