Lantas, Apa saja kemudahan membeli properti di Perth bagi warga negara asing (WNA)?
Pertama, warga negara asing bisa mendapatkan Sertifikat Hak Milik (SHM) yang tidak terbatas jangka waktunya untuk properti di Australia. Ini berbeda dengan properti di beberapa negara lain yang juga banyak diminati warga Indonesia, biasanya ada batas waktu kepemilikan properti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua, uang muka down payment (DP) untuk membeli properti di Australia lebih ringan dibanding negara-negara lain, hanya 10%. Sebagai gambaran, 1 unit NV Apartment yang ditawarkan oleh Centurion Property Group hanya AU$ 380.000 atau Rp 3,8 miliar, maka DP hanya 380 juta. Dengan uang sebesar Rp 380 juta saja warga Indonesia sudah bisa memiliki apartemen di Perth.
DP kedua dan cicilan berikutnya baru akan dibayar setelah bangunan selesai dalam waktu kurang lebih 1-2 tahun. Selama menunggu bangunan selesai, pembeli bisa menabung mengumpulkan uang untuk membayar DP kedua dan cicilan.
"Keunggulan investasi properti di Australia adalah pada metode pembayarannya. DP hanya 10%, dengan hanya Rp 380 juta sudah bisa mendapat apartemen. Nanti bayar lagi DP kedua plus cicilan setelah bangunan jadi, biasanya 1-2 tahun bangunan jadi. Jadi setelah kita mengeluarkan Rp 380 juta, kita masih bisa menabung untuk membayar DP kedua dan cicilan berikutnya," paparnya.
Ketiga, cicilan juga ringan karena bunga kredit pemilikan rumah (KPR) tak sampai 5%, lalu jangka waktu cicilan bisa sampai 30 tahun. "Cicilan pun bisa dibantu dari penyewa kalau apartemennya kita sewakan. Artinya cicilan itu bisa minim sekali. Besar cicilannya tergantung KPR dapatnya berapa, jangka waktunya bisa sampai 30 tahun, interest di bawah 5%," tutur Audrey.
Keempat, dari sisi harga properti di Perth juga tidak tergolong mahal. NV Apartments yang terletak di Central Business District (CBD) Perth, semacam kawasan SCBD di Jakarta, hanya Rp 3,8 miliar per unit, masih lebih rendah dibanding apartemen di pusat kota Jakarta atau Singapura."NV Apartments ini 1 unit ukuran studio harganya AU$ 380.000 atau Rp 3,8 miliar," ujarnya.
Kelima, bea balik nama atau stamp duty di Australia hanya 4-5% dari nilai properti, jauh lebih kecil dibanding stamp duty di Singapura yang mencapai 18% nilai properti. "Stamp duty lebih murah di Australia ketimbang di Singapura. Kalau di Singapura itu 18%, di Australia hanya 4-5%. Jadi masih termasuk murah," ucap Audrey.
Keenam, investasi di Perth juga bagus untuk jangka panjang karena kenaikan harganya bersifat stabil, bukan spekulasi. "Kenaikan nilai properti di Perth memang tidak sedahsyat di Jakarta. Tapi kenaikannya stabil, tidak bersifat spekulasi. Untuk investasi jangka panjang sangat bagus, tidak mungkin turun, naik terus," tandasnya.
Apartemen di Perth juga akan sangat bermanfaat bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan anak-anaknya di sana, banyak universitas bagus di Perth. Daripada menyewa, lebih baik membeli apartemen karena biaya sewa hampir sama dengan cicilan per bulan untuk membeli apartemen di sana.
"Dari segi umur, bisa untuk anak-anak yang mau kuliah di Perth dan mencari apartemen. Ketimbang menyewa, sekarang lebih baik membeli apartemen di Australia karena apartemen di Perth murah. Bisa juga untuk para profesional yang ingin memiliki investasi jangka panjang dan menabung untuk pensiun," tutupnya. (hns/hns)