2,8 Juta Kaum Milenial di Jakarta Terancam Tak Bisa Beli Rumah

2,8 Juta Kaum Milenial di Jakarta Terancam Tak Bisa Beli Rumah

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Rabu, 22 Mar 2017 15:39 WIB
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta - Ketersediaan segmen properti di Indonesia saat ini tidak sesuai dengan komposisi demografi yang ada. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan World Bank, harga properti di Indonesia yang saat ini didominasi untuk penduduk yang berpenghasilan Rp 12 juta ke atas. Sedangkan yang dapat dijangkau oleh penduduk dengan penghasilan Rp 7-12 juta, suplainya hanya 5% dari total suplai rumah yang ada di Indonesia saat ini.

Sementara populasi masyarakat Indonesia yang paling banyak adalah yang penghasilannya Rp 5-10 juta (mencapai 105 juta orang), diikuti yang penghasilannya Rp 3-5 juta sebanyak 65 juta orang, lalu yang lebih dari Rp 10 juta sebanyak 62,5 juta orang, dan yang di bawah Rp 3 juta sebanyak 17,5 juta orang (World Bank dan BPS).

Country General Manager Rumah123, Ignatius Untung menyoroti kemampuan membeli rumah untuk generasi milenial atau generasi muda di Jakarta. Tak bisa dipungkiri, sekitar 30% penduduk di Jakarta diisi oleh generasi ini, dan penyediaan rumah bagi generasi ini menjadi penting karena selama ini fokus terpaku pada penduduk yang berpenghasilan rendah, sementara milenial yang berpenghasilan menengah di Jakarta yang saat ini diperkirakan jumlahnya sekitar 2,8 juta orang juga mengalami hal yang sama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Jakarta, penghasilan milenial masih menumpuk di level bawah kelas menengah. Sebanyak 46% generasi milenial di Jakarta penghasilannya masih di bawah Rp 4 juta.

"Hanya 6% yang penghasilannya lebih dari Rp 12 juta. Sedangkan suplai properti di Jakarta harganya yang paling banyak Rp 480 juta ke atas atau 95% dari total suplai," katanya dalam jumpa pers di Branche Bistro, Jakarta, Rabu (22/3/2017).

Hal ini juga berlaku di area sekitar Jakarta, yakni Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi di mana 75% harga properti masih berkisar lebih dari Rp 480 juta, sedangkan yang kurang dari Rp 480 juta kurang sebanyak 22%.

Jumlah milenial di Jakarta sendiri adalah 30% dari total penduduk Jakarta atau sekitar 3 juta jiwa. Hal ini membuat sekitar 2,8 juta generasi milenial di Jakarta akan sulit memiliki daya beli rumah jika tak ada mekanisme pembiayaan yang menjanjikan. Karena harga properti (rumah maupun apartemen) terus naik, sedangkan kenaikan penghasilan tahunan agaknya akan menurun karena laju inflasi yang lebih terkendali.

"Ini membuat milenial yang berpenghasilan Rp 4 juta terancam akan kehilangan daya beli rumah di tahun 2018. Kemampuan mencicilnya Rp 1,3 juta di 2018, sementara cicilan KPR nya sudah Rp 1,33 juta. Jadi ada selisih Rp 20 ribu," tutur dia.

Bahkan maraknya pembangunan infrastruktur diprediksi juga akan menarik harga properti lebih tinggi menjadi lebih cepat lagi.

"Kebijakan pemerintah masih fokus pada kelas berpenghasilan rendah, padahal masalah tempat tinggal juga dirasakan kelas menengah, khususnya milenial," pungkasnya. (mkj/mkj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads