Untuk awal, akan ada 2 proyek properti yang dibangun, yaitu di dekat stasiun KRL Tanjung Barat dan Pondok Cina.
Direktur Korporasi dan Pengembangan Bisnis Perumnas, Galih Prahananto, memastikan hunian yang akan dibangun ditujukan hanya untuk masyarakat menengah dan menengah ke bawah. Sehingga bangunannya berjenis rumah susun sederhana milik (rusunami) dan apartemen sederhana milik (anami).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini keberlangsungan proyek tersebut dalam tahap pengajuan izin seperti izin mendirikan bangunan (IMB). Kendati begitu, Galih memberikan perkiraan harga dari hunian yang berlokasi di atas stasiun KRL tersebut.
Untuk anami, dia memperkirakan harganya antara Rp 13-15 juta per meter persegi. Adapun anami yang akan tersedia di proyek TOD tersebut mulai dari tipe 21 (studio) dengan satu kamar hingga tipe 45 dengan dua kamar.
"Tapi ini tergantung izinnya juga, kita diberikan izin untuk bangun dengan luas berapa," imbuhnya.
Sementara untuk rusunami harganya diperkirakan berkisar antara Rp 8,9 juta sampai dengan Rp 9,3 juta per meter persegi. Khusus untuk rusunami nantinya akan mendapatkan subsidi Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahaan (FLPP).
Untuk tahap awal, proyek TOD akan dibangun di Stasiun Pondok Cina sebanyak 4 tower dan Stasiun Tanjung Barat sebanyak 3 tower. Nantinya tower-tower yang dibangun memiliki tinggi sekitar 30 lantai.
"Persisnya belum, tergantung izinnya juga, kita perkirakan di 30 lantai. Untuk di Tanjung Barat ada sekitar 1.200 unit dan Pondok Cina 2.300 unit," tukasnya.
Sebelumnya, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) yang ditunjuk sebagai bank penyalur Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) TOD memperkirakan harga untuk apartemen di atas Rp 400 juta, sementara untuk rusunami diperkirakan mencapai Rp 200 juta, dengan skema pembiayaan KPA subsidi. (wdl/wdl)