Padahal pada semester I, ada sekitar 3.600 apartemen yang diluncurkan ke pasar, namun hanya ada penjualan sebanyak 4.100 secara keseluruhan, sehingga membuat jumlah unit yang ada saat ini masih tersisa 132.000 unit lagi yang mayoritas berlokasi di Jakarta Utara, Barat dan Selatan.
Adapun dari segi segmen, apartemen dengan penjualan terbanyak terjadi pada kategori upper middle (harga sekitar Rp 30 juta per m2) sebanyak 80%, disusul kategori upper (Rp 40 juta per m2) 75%, high end (Rp 50-60 juta per m2), low middle (Rp 15 juta per m2) 63%, dan middle end (Rp 20 juta per m2) 60%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, penjualan apartemen saat ini memang cenderung sulit, terutama di kelas atas. Hal tersebut kata dia didorong oleh adanya pengenaan pajak yang tinggi untuk rumah mewah atau apartemen.
"Kategori high end cenderung sulit sekali. Terutama karena dikenakan pajak yang tinggi. Dikenakan PPNBM 20%, PPh barang sangat mewah 5%, ditambah lagi PPN 10%. Jadi bayangkan kalau beli apartemen mewah Rp 10 miliar, buat bayar pajaknya saja Rp 3,5 miliar," tutur dia.
Untuk mendongkrak penjualan apartemen yang masih lesu, menurutnya pemerintah dapat memberikan insentif perpajakan.
"Mungkin pemerintah bisa mencopot regulasi itu sementara waktu. Kalau kondisi ekonominya sudah membaik, baru bisa diterapkan lagi. Skema-skema seperti itu harusnya bisa dipikirkan pemerintah untuk mendorong sektor bisnis," ungkapnya.
Sementara dari segi harga, tidak ditemui banyak perubahan, kecuali pada kelas upper middle. Sedangkan pada masa yang akan datang, suplai apartemen diperkirakan masih akan terus meningkat dengan mayoritas berlokasi di Jakarta Barat dan Jakarta Selatan.
"Totalnya ada sekitar 73 ribu unit future supply di pasar kondominium di Jakarta," pungkasnya. (mkj/mkj)











































