Penjualan Apartemen di Jakarta Lesu

Penjualan Apartemen di Jakarta Lesu

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Rabu, 26 Jul 2017 19:33 WIB
Foto: Pool
Jakarta - Lembaga konsultan properti, Savills mencatat terjadinya penurunan jumlah penjualan apartemen pada semester I-2017. Jumlah apartemen yang terjual pada semester I tahun ini hanya mencapai 4.100 unit, turun 3% dibanding semester yang sama di tahun sebelumnya.

Padahal pada semester I, ada sekitar 3.600 apartemen yang diluncurkan ke pasar, namun hanya ada penjualan sebanyak 4.100 secara keseluruhan, sehingga membuat jumlah unit yang ada saat ini masih tersisa 132.000 unit lagi yang mayoritas berlokasi di Jakarta Utara, Barat dan Selatan.

Adapun dari segi segmen, apartemen dengan penjualan terbanyak terjadi pada kategori upper middle (harga sekitar Rp 30 juta per m2) sebanyak 80%, disusul kategori upper (Rp 40 juta per m2) 75%, high end (Rp 50-60 juta per m2), low middle (Rp 15 juta per m2) 63%, dan middle end (Rp 20 juta per m2) 60%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Memang sering kali pasar kondominium di Jakarta masih melemah. Dari penjualan yang ada di semester I hanya ada 4.100 unit yang terjual. Sementara jumlah apartemen yang dilaunching ke pasar itu sepanjang semester I itu jumlahnya 3.600. Jadi kalau dibanding tahun lalu, ini udah setengah tahun, tapi kita masih di bawah 50% total penjualan sepanjang tahun lalu," kata Kepala Departemen Riset dan Konsultasi Savills Indonesia, Anton Sitorus dalam jumpa pers di Panin Tower, Jakarta, Rabu (26/7/2017).


Menurutnya, penjualan apartemen saat ini memang cenderung sulit, terutama di kelas atas. Hal tersebut kata dia didorong oleh adanya pengenaan pajak yang tinggi untuk rumah mewah atau apartemen.

"Kategori high end cenderung sulit sekali. Terutama karena dikenakan pajak yang tinggi. Dikenakan PPNBM 20%, PPh barang sangat mewah 5%, ditambah lagi PPN 10%. Jadi bayangkan kalau beli apartemen mewah Rp 10 miliar, buat bayar pajaknya saja Rp 3,5 miliar," tutur dia.

Untuk mendongkrak penjualan apartemen yang masih lesu, menurutnya pemerintah dapat memberikan insentif perpajakan.

"Mungkin pemerintah bisa mencopot regulasi itu sementara waktu. Kalau kondisi ekonominya sudah membaik, baru bisa diterapkan lagi. Skema-skema seperti itu harusnya bisa dipikirkan pemerintah untuk mendorong sektor bisnis," ungkapnya.

Sementara dari segi harga, tidak ditemui banyak perubahan, kecuali pada kelas upper middle. Sedangkan pada masa yang akan datang, suplai apartemen diperkirakan masih akan terus meningkat dengan mayoritas berlokasi di Jakarta Barat dan Jakarta Selatan.

"Totalnya ada sekitar 73 ribu unit future supply di pasar kondominium di Jakarta," pungkasnya. (mkj/mkj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads