Untuk urusan pembiayaan, pemerintah punya program yang disebut Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Lewat program ini masyarakat bisa mendapat keringanan dari mulai uang muka alias DP KPR yang bisa hanya 1% hingga bunga KPR yang hanya 5%.
Program pembiayaan tersebut disalurkan lewat sejumlah bank nasional salah satunya Bank Tabungan Negara (BTN) yang merupakan bank pelat merah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Bank BTN Andi Nirwoto mengatakan berdasarkan kajian supply dan demand perumahan yang dilakukan Bank BTN menunjukkan angka backlog di Jawa Timur pada 2016 mencapai 1,03 juta unit.
Dalam lima tahun ke depan, Bank BTN memproyeksikan angka kebutuhan rumah tersebut akan bertambah sebanyak 762.034 unit. Sebaliknya, angka pertumbuhan kepemilikan rumah di provinsi tempat Kota Pahlawan tersebut baru mencapai 1,18%.
Andi melanjutkan, pada tahun ini, Bank BTN juga merekam jumlah potensi permintaan akan rumah di Jatim mencapai 331.746 unit. Namun, angka ketersediaan rumah di wilayah tersebut baru mencapai 23.992 unit.
"Dengan ruang yang lebar untuk berekspansi ini serta berbagai inovasi dan transformasi bisnis yang kami lakukan, kami optimistis tahun ini akan mampu mencatatkan penyaluran KPR di Jatim senilai Rp 4,32 triliun untuk 23.321 unit rumah atau naik sekitar 21% dari tahun lalu," jelas Andi dalam keterangannya, Rabu (19/9/2018).
Besarnya peluang bisnis KPR di Jatim juga didukung pergerakan positif harga rumah di provinsi tersebut.
Kajian Bank BTN juga menunjukkan provinsi Jatim menempati posisi ketiga dengan House Price Index (indeks harga rumah/HPI) tertinggi sebesar 173,34 per Juni 2018.
Kemudian, sebanyak 6 dari 10 kabupaten/kota yang memiliki HPI tertinggi berada di Jawa Timur.
Di antaranya, Jember menjadi kabupaten dengan HPI tertinggi per Juni 2018 dengan indeks sebesar 229,46 dan pertumbuhan tahunan mencapai 23,38% secara tahunan.
Besaran indeks tersebut mengindikasikan kenaikan harga rumah di Jember mencapai 1,29 kali lipat dalam 3,5 tahun.
Pertumbuhan pesat pun terjadi di Kabupaten Ngawi dengan kenaikan tahunan sebesar 45,93%.
Sejalan dengan kajian tersebut, Bank Indonesia merekam kenaikan harga rumah tertinggi terjadi di kota Surabaya dengan pertumbuhan sebesar 5,41% secara tahunan (year-on-year/yoy) per Juni 2018. (dna/ara)