Ruang Perkantoran di Pusat Bisnis Jakarta Banyak yang Kosong

Ruang Perkantoran di Pusat Bisnis Jakarta Banyak yang Kosong

Danang Sugianto - detikFinance
Rabu, 10 Okt 2018 14:27 WIB
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta - Menurut hasil riset Lembaga konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL) masih banyak ruang perkantoran di wilayah central business district (CBD) yang kosong. Tingkat keterisian (okupansi) perkantoran di CBD hingga kuartal 3 hanya 78%.

Menurut Head of Research JLL, James Taylor, banyaknya ruang kosong di gedung-gedung perkantoran di wilayah CBD lebih karena bertumbuhan pasokan. Dari awal tahun hingga hari ini total suplai ruang perkantoran baru mencapai 366 ribu meter persegi dan diperkirakan mencapai 540 ribu meter persegi hingga akhir tahun.

"Di CBD suplai sudah cukup banyak sejak 2017 yang menembus rekor. Di 2018 ini diperkirakan mencapai 540 ribu meter persegi. Ini bisa menjadi rekor baru lagi," tuturnya di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (10/10/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Saat ini stok ruang perkantoran di wilayah CBD sudah mencapai 6,2 juta meter persegi. Angka itu belum ditambah dengan potensi tambahan suplai hingga akhir tahun.

Selama kuartal III tahun ini, JLL mencatat sebenarnya ada penyerapan ruang perkantoran di kawasan CBD sebanyak 38 ribu meter persegi. Namun karena besarnya tambahan suplai membuat tingkat okupansi di CBD masih rendah.

Jika dilihat dari jenisnya, penurunan okupansi terjadi pada grade A sebesar 1,9% dari kuartal sebelumnya menjadi 67%. Sementara untuk kelas premium 72%, grade B 86% dan grade C 91%.

"Itu artinya untuk wilayah CBD masih banyak ruang yang tersedia untuk disewa," tambah Taylor.

Untuk perusahaan yang masih mengisi ruang kantor di CBD kebanyakan dari sektor teknologi, coworking space dan profesional services. Untuk itu Taylor menekankan banyaknya ruang kantor yang kosong di CBD bukan karena lesunya dunia usaha.

Sementara untuk rata-rata harga sewa per bulan di CBD pada kuartal III-2018 berada di level Rp 187.842 per meter persegi.

"Kami yakin suplai dan demand di CBD akan seimbang pada 2019," tutup Taylor.

(das/eds)

Hide Ads