Riset Pengembang Jabodetabek: Masih Ada Aturan yang Menghambat

Riset Pengembang Jabodetabek: Masih Ada Aturan yang Menghambat

Tim Detikcom - detikFinance
Rabu, 09 Sep 2020 15:46 WIB
Proses pembangunan rumah Cluster Da Vinci 2 di Kota Legenda Wisata milik PT Duta Pertiwi Tbk member of Sinarmas Land, Cibubur, Jawa Barat. Rencana larangan pengucuran KPR inden untuk rumah kedua dan seterusnya ditolak oleh pengembang.
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Dewan Pengurus Daerah (DPD) Realestat Indonesia (REI) DKI Jakarta kembali melakukan Riset Realestat di kawasan Jabodetabek. Selain mengalami penurunan penjualan karena COVID-19, pengembang juga masih mengeluhkan aturan yang menghambat.

Riset dilakukan khususnya kepada para pengembang yang terdaftar sebagai anggota REI DKI Jakarta. Namun lokasi proyek yang dikembangkan tersebar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).

Ketua DPD REI DKI Jakarta Arvin F. Iskandar mengatakan, hampir semua pengembang di Jabodetabek dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan ini mengalami penurunan penjualan. Namun pada akhir tahun 2019 sudah mulai membaik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tahun lalu sebetulnya berat. Tetapi kami masih optimis dan itu tercermin dari hasil riset kami, bahwa 73 persen menyatakan bahwa kondisi realestat sama atau bahkan lebih baik dari tahun sebelumnya. Sebanyak 61 persen menyatakan penjualan produk tahun 2019 sama atau bahkan lebih baik dari tahun sebelumnya. Dari sisi regulasi dan dukungan pembiayaan demikian juga," terang Arvin dalam keterangan resminya, Rabu (9/9/2020).

Sebanyak 86,5 persen menyatakan bahwa suku bunga kredit memberikan dampak lebih baik bagi iklim usaha. 79,3 persen menyatakan pemerintah sudah cukup baik, bahkan sangat baik dalam menyediakan infrastruktur.

ADVERTISEMENT

Kendati awal 2020 industri Realestat digempur pandemi COVID-19, Arvin berharap berbagai stimulus yang diberikan pemerintah bisa dieksekusi pelaku usaha.

"Hampir semua subsektor realestat terdampak. Okupansi hotel maksimum tinggal 15-20 persen. Demikian juga dengan ritel. Beberapa anggota kami yang kesulitan sudah meminta rescheduling utang ke perbankan. Namun, tidak gampang," keluhnya.

Untuk jenis residensial, Arvin mendapat banyak laporan dari anggota REI jika semakin banyak pengembang yang susah melakukan akad kredit terkait persyaratan perbankan. Beragam strategi untuk bertahan dilakukan. Di antaranya menekan biaya operasional semaksimal mungkin, gimmick marketing, serta pemberian subsidi bunga oleh pengembang.

"Gerak cepat pemerintah sangat diperlukan. Permudah perizinan. Kita tentu tidak berharap terjadi resesi. Pengembang harus kerja sangat keras untuk bisa bertahan. Akibat pandemi kondisi sebagian besar anggota terutama di DKI Jakarta semakin melemah akibat penurunan aktivitas ekonomi. Tingkat penjualan drop, sementara biaya yang harus dikeluarkan tetap," ujar Arvin.

Kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Arvin meminta agar diberikan keringanan pajak hotel dan restoran dalam menghadapi pandemi virus corona. Beberapa permintaan REI DKI Jakarta di antaranya adalah: pemberian diskon 50 persen Pajak Bumi dan Bangunan untuk tahun 2019, penundaan kenaikan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) 2020-2021, tanpa denda, potongan pajak reklame 50 persen, dan PPh + pajak hotel tidak diberlakukan karena selama 5 bulan banyak hotel dan bisnis ritel yang tutup tidak operasional. Tidak hanya itu, Arvin juga minta Tarif PLN dan Gas diberikan diskon.

"Kami meminta otoritas berwenang mempertimbangkan stimulus agar jangan sampai pengembang mengalami kesulitan untuk membayar kredit. Beri kami ruang gerak dulu, minimum sampai akhir tahun," harap Arvin.

Hasil Riset REI DKI Jakarta

Sementara itu, Wakil Ketua Bidang Riset dan Hubungan Luar Negeri DPD REI DKI Jakarta, Chandra Rambey mengungkapkan bahwa riset dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dengan metode pengumpulan data primer berupa survei melalui penyebaran kuesioner atau wawancara. Tujuannya, untuk mengetahui siapa responden, apa yang difikirkan dan dirasakan atau kecenderungan suatu tindakan.
Persepsi Anggota REI DKI Jakarta terkait dengan perkembangan Industri Realestat terakhir dan kinerja produk yang dikembangkan oleh anggota REI DKI Jakarta.

Survey dilakukan kuartal pertama tahun 2020 untuk memotret perkembangan Industri Realestat pada tahun sebelumnya. Riset kedua ini tentu sudah lebih baik dari sebelumnya karena indikator persepsi yang kami survei lebih lengkap dari yang pertama, namun belum menangkap secara utuh dampak covid-19 terhadap Industri Realestat" ujar Rambey yang menjadi penanggungjawab riset.

Berdasarkan survey yang dilakukan menurunnya daya beli masyarakat menjadi pemicu penurunan kinerja penjulan untuk semua sektor produk realestat yang dikembangkan.
Sebanyak 62,7% berpendapat faktor yang paling mempengaruhi penjualan realestat tahun 2019 adalah menurunnya daya beli masyarakat.

Data ini agak berbeda dengan riset REI DKI Jakarta sebelumnya di mana tingginya persaingan menjadi faktor utama penurunan penjualan, namun pada riset REI DKI Jakarta 2020 hanya 34,7 % berpendapat tingginya persaingan di antara pengembang menjadi faktor penyebab turunnya penjualan.

Disisi pembiayaan, Pembiayaan melalui Perbankan masih menjadi yang paling banyak digunakan baik untuk Kredit Investasi dan Kepemilikan Rumah.

Dari hasil survei yang dilakukan semester I 2020 lalu ini, di antara beberapa indikator memperlihatkan bahwa menurut pengembang, Perizinan (82%), Pajak dan Restribusi (81%) serta Kondisi Makro Ekonomi (81%) sangat mempengaruhi iklim investasi dibidang realestat. Sedangkan kemudahan pembiayaan dari perbankan/pasar modal (76,6%), harga lahan (62,3%) dan biaya konstruksi (52,8%).

Dalam hal jenis produk, maka sebanyak 52% menyatakan bahwa realestat yang paling menarik untuk dikembangkan adalah Perumahan Menengah dan Atas. Namun Perumahan Menengah Bawah khususnya Rumah Sederhana Bersubsidi merupakan produk yang paling memberikan kinerja terbaik sepanjang 2019.

Sebanyak 34,1% pengembang REI DKI Jakarta adalah pengembang perumahan menengah dan atas. Sebanyak 29,4% sedang tidak menjalankan proyek tahun lalu serta sebanyak 21% mengembangkan apartemen jual.



Simak Video "Kata Pengamat soal Pengembang Perumahan yang Suka Obral Janji Fasilitas"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads