Rumah subsidi masih menjadi salah satu pilihan untuk orang Indonesia di masa pandemi COVID-19 ini. Direktur Finance, Treasury & Strategy BTN, Nixon L.P Napitupulu permintaan untuk rumah subsidi masih tumbuh sekitar 5-6%.
Dia mengungkapkan rumah subsidi ini memang untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan harga sekitar Rp 160 jutaan. Nixon menyebutkan memang saat masa awal pembatasan sosial berskala besar (PSBB) permintaan kredit rumah sangat menurun.
"KPR subsidi untuk masyarakat berpengahsilan rendah dengan harga Rp 160 jutaan masih tumbuh 5-6%. Kalau untuk rumah di atas Rp 500 juta itu sudah negatif dan berat pertumbuhannya," kata dia dalam acara CNBC Indonesia Award, Jumat (20/11/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengungkapkan hal ini karena masih banyak masyarakat yang menunda pembelian rumah dan memprioritaskan hal lain seperti kesehatan atau investasi.
Namun seiring berjalannya waktu dan kebutuhan rumah untuk bekerja, sekolah maka permintaan kembali menggeliat. "Kita paham sekarang ada work from home, school from home ada home-homenya lah. Tetap saja ini kan artinya dalam situasi COVID-19 orang tetap butuh rumah," jelas dia.
Menurut Nixon mayoritas pembeli rumah saat ini adalah untuk yang ditempati bukan untuk diinvestasikan.
Nixon menyebut pada Semester II pada Juni dan Juli ini mulai terjadi permintaan kredit rumah. Kemudian pada September tercatat penyaluran Rp 4,2 triliun, Oktober Rp 4,5 triliun. Karena itu dia optimis jika November dan Desember bisa membooking akad kredit hingga Rp 5 triliun.
"Masih di bawah angka normal memang, tapi semangatnya sudah mulai ada kenaikan lagi," jelas dia.